First Mission, First Action 📍

3.6K 342 0
                                    

International Airport--Hong Kong, 2 p.m.

Satu buah mobil limousine dan beberapa sport car Ferrari terparkir tidak jauh dari jet pribadi Xavier untuk membawa rombongan kami ke rumah teman bisnis Xavier.

Aku sudah berganti pakaian menggunakan gold glamour dress dengan detail bagian pundak menyilang hingga ke pinggang. Beberapa pramugari juga merias tipis wajahku ketika di pesawat tadi.

Xavier yang sudah rapi dengan setelan tuxedo dan celana bahan miliknya mulai menggenggam tanganku dan membawaku menuruni pesawat jet ini. Seorang supir dari mobil limousine menunduk hormat dan membukakan pintu mobil untuk kami berdua.

Perjalanan masih cukup jauh untuk menuju ke tempat pesta. Sekitar 55 Mil atau sekitar satu jam perjalanan lagi baru kami akan sampai di tempat tujuan. Mobil melaju dengan kecepatan normal membelah jalanan padat kota metropolitan di Hong Kong.

Mr. One's mansion-- Kowloon city, Hong Kong.

Mobil yang kami tumpangi berhenti di depan sebuah mansion megah yang sangat mewah. Ada banyak mobil mewah masuk ke dalam mansion. Sepertinya mereka adalah para tamu undangan.

"Welcome, Mr. Xavier. Saya, Lim. Pengawal pribadi Mr. One. Sesuai protokol keamanan, setiap tamu undangan harus diperiksa termasuk anda dan iring iringan yang anda bawa."

Xavier melirik sekilas kepada Archie disebelahnya. Tangannya masih setia menggenggam tangan ku.

Aku melihat Xavier dan Archie terlihat ragu untuk diperiksa. Hey? Ini hanya pesta kan? Mana mungkin kami membawa senjata?

Xavier memberi kode dengan anggukan. Lim hampir saja memeriksa Xavier ketika sebuah suara terdengar menginterupsi.

"Hey, Lim! Kenapa kau memeriksa Xavier dan rombongannya? Mereka adalah tamu spesial dan mendiang ayahnya adalah sahabat kecil ku. Mana mungkin dia akan membawa senjata di pestaku? Sejak dulu loyalitas keluarga Adam memang tidak pernah diragukan." Seorang pria yang tampak berumur empat puluhan datang bersama seorang wanita berumur yang masih tampak cantik dan seorang anak kecil di gendongannya.

"Mr. One." Xavier menyapa terlebih dahuku dengan sedikit membungkuk.

Oh, I see..

Jadi dia adalah tuan rumah dari pesta kali ini. Si Mr. One yang tadi Xavier katakan di pesawat.

"Ah, Xavier. Kau tidak perlu menunduk seperti itu kepadaku. Seharusnya aku yang memberi hormat padamu. Kau dan kakekmu itu sudah banyak membantuku dan keluargaku." Mr. One menepuk pundak Xavier dan tersenyum lebar.

"Kami ucapkan selamat datang di tempat kami, Xavier. Ah, sekarang kau sudah sangat besar. Padahal aku masih ingat ketika aku menggendong mu di pemakaman kedua orangtua mu."

Oh, hei! Xavier membiarkan wanita itu mencium keningnya? Mereka terlihat sangat dekat.

"Life always go on, Mrs. One." Balas Xavier.

"Oh, Siapa wanita cantik yang kau bawa ini, Xavi? Apa dia wanitamu?"

"She is my queen, Mrs. One."

Jawaban Xavier sukses membuat pipiku merona.

"Mari kita berkenalan. Jadi siapa namamu 'queen' ?"

"Magika, Mrs. One. But you can call me Megg."

Aku mengulurkan tangan dan Mrs. One menerima uluran tangan ku dengan hangat.

"Senang berkenalan denganmu, Megg. Jangan sungkan dengan kami." Aku hanya tersenyum.

"Megg.." suara anak kecil yang sedari tadi digendong membuat fokus perhatian teralih kepadanya.

Anak kecil itu mengulurkan tangannya kepadaku seperti meminta untuk ku gendong. Aku menerima uluran itu dan membawanya ke gendonganku. Dia sangat tampan dan menggemaskan.

"Megg.. Do you want a candy?" Oh, see? Dia pintar sekali. Dia sudah pandai berbicara. Dia berkata sambil menepuk nepukkan sebuah permen lolipop ke pipiku.

"Wow, wanitamu ini sungguh luar biasa, Xavi. Franklyn biasanya anti dengan orang baru. Tapi lihatlah. Dengan Megg dia bisa langsung dekat."

"Sepertinya kau harus segera menikahinya, X. Oh, anak kalian pasti akan sangat lucu nanti. Dia juga akan menjadi ibu yang baik suatu saat nanti. Anak kecil saja langsung menyukainya." Mrs. One ikut menimpali perkataan suaminya.

Perbincangan ini membuatku semakin tersipu. Mereka berdua kompak sekali menggodaku dengan Xavier untuk--

"I'll do it Mrs. One."

Oh, Xavier!!! Kau membuat lututku lemas.

"Megg.. You're so beautiful like an angel."

"Oh, really? You're so handsome too. What's your name?"

"I'm Franklyn. But you can call me Little One."

"Ya ya.. Nice to meet you, Little One."

"Do you want a candy, Megg? I have a lot of candy. This is sweet as sweet as you"

Dia sungguh menggemaskan aku mencolek hidungnya gemas. "You're so cute boy."

"Mr. One, ada yang ingin aku bicarakan dengan mu." Xavier kembali berbicara menyita perhatian.

"Baiklah. Mari kita masuk dulu."

And here we are.

Di ruang privasi keluarga Mr. One.

Aura Xavier mulai terlihat serius dan tak seperti tadi. Memangnya apa yang ingin dia bicarakan?

"Jadi ada apa, Xavi?" Mr. One membuka suara terlebih dahulu.

"Mr. One, aku tahu ini adalah hari ulang tahun putramu. Jadi seharusnya aku yang memberi sesuatu kepada keluarga kalian. Namun kali ini, jika aku meminta sesuatu, apakah kau bersedia memberiku hal yang ku minta?"

Oh, Xavier.. Tidak bisakah dia membicarakan sepertI ini di lain kesempatan? Ucapannya terdengar sangat serius.

"Kau ingin meminta apa dariku, Xavi? Senjata? Saham? Atau anak buah?"

"Lebih dari itu, Mr. One. Aku meminta kesetiaanmu pada diriku. Aku memintamu bergabung denganku untuk mengalahkan Rhisand. Aku tahu kau pasti setuju. Tapi masalahnya kali ini adalah: Tesla berada di pihak Rhisand. Jadi kau juga harus bersiap untuk perang keluarga."

Keluarga Mr. One menegang seketika. Hanya Little One yang masih tampak tak peduli di gendonganku. Aku bisa melihat pasangan suami istri itu saling bertatapan.

"Maafkan aku, Xavi. Bukannya aku tidak mau membantu mu. Tapi Tesla adalah adik dari istriku. Aku tidak aka bisa menyerangnya." Mr. One berucap dengan berat.

Mrs. One tampak terkejut dan mempelototi suaminya. Dia bergerak mendekat kepada Xavier dan membelai rahang tegasnya.

"Xavi, aku tahu Tesla pasti sudah berbuat sesuatu yang salah hingga dia bisa memusuhimu. Aku tidak pernah meragukan mu Xavi. Aku sepenuhnya mendukungmu. Aku akan membujuk suamiku untuk mau membantumu. Aku tidak masalah jika harus memerangi adikku sendiri. Hanya saja suamiku sudah terikat janji dengan mendiang orangtua ku untuk tidak saling menyerang--"

"Apa yang kau katakan?! Kau memintaku berperang dengan adik mu dan melanggar janji dengan mendiang orangtua mu? Aku tidak akan melakukannya."

"Suamiku, aku--"

"Xavi, sekali lagi maafkan aku. Aku tidak bisa membantumu. Tapi aku berjanji aku juga tidak akan membantu pihak Rhisand dan Tesla sebagai pembuktian kesetiaanku kepadamu. Komohon, maafkan aku. Dan kumohon, mengertilah posisiku, Xavi."

"Suamiku, kau--"

"It's ok, Mrs. One." Xavier menyela.

"Tidak apa apa. Aku tidak memaksa. Aku juga tidak ingin kalian bertengkar di hari ulang tahun anak kalian. Lupakan saja permintaanku tadi."

See? Dia yang memulai ketegangan ini, namun dia juga yang meminta semuanya melupakan hal ini? Dia benar benar menyebalkan!

DARK Eyes Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang