For Us, For You 📍

5.1K 449 3
                                    

I dreamed that Xavier kissed the nape of my neck.

This is so intoxicating.

Aku hanyut dalam sentuhannya. Dia benar benar membuatku gila karena sentuhannya meskipun hanya di dalam mimpi.

Oh, wait!!

Kenapa mimpi ini terasa begitu nyata? Bukahkah ini hanya mimpi? Apa aku memang se-tergila gila itu pada Xavier hingga membuat mimpi ini terasa nyata?

Damn! This dream won't stop and feel even more real.

Bahkan aku bisa merasakan hembusan napas seseorang di leherku. Oh, jangan jangan---

Aku membuka mataku spontan dan berbalik ke belakang. Ketika aku siap memukul orang yang berani menciumku, orang itu sudah lebih dulu memeluk ku. Dia melingkarkan tangannya di pinggangku dan menelusupkan kepalanya di ceruk leherku.

Harum aroma yang sangat ku kenali menyeruak di indra penciumanku dan membuatku tenang. Siapa lagi dia kalau bukan Xavier?

Ternyata Xavier sudah pulang. Hey, tapi kenapa dia pulang dini hari seperti ini? Ini bahkan masih pukul 3. Tidak bisakah dia menunggu sampai pagi untuk pulang? Dia pasti sangat lelah. Meskipun aku memang menginginkan dia untuk cepat pulang, bukan berarti aku akan membiarkannya tidak beristirahat seperti ini.

Oh, Damn!! He kiss my neck.

Eranganku tertahan. Aku menggigit bibirku sendiri agar tidak mengerang. Tanganku juga berusaha menarik kepalanya. Namun percuma. Tenaga ku akan kalah dengan tenaganya. Dia justru semakin menenggelamkan kepalanya di leherku.

Stop it X! Stop it or I'll moan cause you!

Tubuhku menegang. Tidak siap dengan serangan tiba tibanya seperti ini. Dia sungguh membuatku gila. Di satu sisi aku menginginkan ini. Namun disi lain aku tahu ini tidak benar. Xavier tidak mencintaiku kan? Aku hanya takut kecewa jika dia hanya menjadikanku pelampiasan.

Sialan!

Batinku menolak dengan keras, namun kepalaku justru menengadah sekarang. Seolah memberi akses lebih kepada Xavier untuk menguasainya.

Don't lose your control, Megg!!

Xavier semakin liar menjelajahi leherku. Membuat diriku merasa semakin panas. Oh, ini adalah pertama kalinya ada seseorang menyentuhku seperti yang Xavier lakukan.

Oh, Damn it! I can't hold it anymore!

Tanganku menarik keras rambut Xavier. Xavier menjauhkan kepalanya setelah itu.

Aku menatap matanya yang menggelap. Rambutnya yang acak acakan karena ulahku membuatnya semakin terlihat sempurna.

"Do it again." Katanya. Dia memintaku untuk menarik rambutnya lagi?

"No."

"Do it."

"No"

"Do it"

"No"

"Why?"

"It's not true."

Tatapannya berubah sendu setelah itu. Seolah kembali mendapatkan akal sehatnya, dia beralih menangkup kedua pipiku.

"Are you ok?" Aku mengangguk pelan meski sebenarnya terheran dengan sikapnya yang aneh. Pulang tengah malam, menyerangku tiba tiba, lalu sekarang menanyakan keadaanku? Apa apa dengan dirimu, X?

"Never be far away from me. I won't you get wound."

"I'm still here. Archie saved me all day. What's wrong, hmm?" Dia menggeleng dan menuntunku untuk duduk bersandar.

DARK Eyes Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang