A Song, A Bouquet 📍

3.4K 361 10
                                    

Langkah kaki ku kembali membawaku masuk ke dalam ruangan ini untuk yang kedua kalinya. Ruangan yang berisi banyak alat musik dan sedikit temaram, namun menciptakan suasana yang tenang.

Pikiranku bergejolak tak tenang. Xavier tak kunjung pulang, padahal tengah malam hampir tiba. Aku tidak akan pernah tenang sebelum dia benar benar pulang.

Seperti ini rasanya jatuh hati pada orang seperti Xavier. Berbahaya, penuh kekhawatiran, dan seperti dipermainkan. Pria itu benar. Aku dan Xavier adalah dua orang yang bebeda. Selalu ada penghalang untuk kami selalu bersama.

"Jangan lemah, Megg. Tahan air mata mu itu." Batin ku berbisik ketika air mataku mendesak untuk keluar.

Memangnya kenapa kalau kami berbeda? Memangnya kenapa kalau aku dan Xavier selalu diselimuti masalah? Bukankah itu biasa? Apa aku harus menyerah dan mengaku kalah? Apa aku harus selemah itu?

I'm a queen, remember? Aku bukan wanita lemah yang akan menyerah pada masalah. Lagipula, sekarang bukan waktunya untuk ragu pada jalan yang telah ku pilih.

I'm not afraid.

Menghela napas, jemariku mulai menekan tuts piano dan memainkan sebuah lagu.

You know I want you.
Kau tau aku menginginkanmu.

It's not a secret I try to hide.
Itu bukan sebuah rahasia yang aku coba sembunyikan.

I know you want me.
Aku tau kau menginginkanku.

So don't keep sayin' our hands are tied.
Maka jangan katakan tangan kita terikat.

Tanpa sadar aku tersenyum. Sungguh aku benar benar merasa menjadi gadis keras kepala.

You claim it's not in the cards.
Kau mengklaim itu tidak ada di kartu.

And fate is pullin' you miles away.
Dan takdir menarikmu bermil-mil jauhnya.

And out of reach from me.
Dan diluar jangkauan ku.

But you're here in my heart.
Tapi kau ada disini, dihatiku.

So who can stop me if I decide.
Maka siapa yang bisa menghentikanku jika aku telah mengambil keputusan.

That you're my destiny.
Bahwa kau adalah takdirku.

Aku akan selalu memilihmu, X. Tidak perduli sebesar apa bahaya yang akan ku hadapi. Tidak perduli sejauh apa kau akan selalu pergi. Dan tidak perduli seberapa pantas kita saling bersanding. Yang ku tahu hanya aku telah benar benar terbuai oleh dirimu.

What if we rewrite the stars?
Bagaimana jika kita menulis ulang bintang (takdir)?

Say you were made to be mine.
Katakan bahwa kau tercipta untuk ku.

Nothing could keep us apart.
Tidak ada yang bisa memisahkan kita.

You'd be the one I was meant to fine.
Kaulah yang seharusnya ku temukan.

It's up to you, and it's up to me.
Itu terserah padamu, dan terserah padaku.

No one can say what we get to be.
Tidak ada yang bisa mengatakan kita akan menjadi apa.

So why don't we rewrite the stars?
Jadi kenapa kita tidak menulis ulang bintang (takdir)?

Maybe the world could be ours.
Mungkin dunia bisa menjadi milik kita.

Tonight.
Malam ini.

Jemariku masih terus memainkan piano menuju bait ke dua lagu. Jemariku nyaris berhenti ketika sebuah suara yang selalu ku kenal menyambar lirik yang akan ku nyanyikan.

DARK Eyes Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang