Kita ini apa?
Sebuah tanya yang sampai saat ini belum terungkap. Aku memang masih mencari jawabannya. Kamu? Entahlah. Kadang kamu menunjukkan sikap hangat yang membuatku sangat nyaman. Namun, kadang pula ada saat-saat kamu menjadi sangat misterius, dingin, dan apapun yang kamu pikirkan saat itu seolah tak terdeteksi oleh radarku. Kamu... membingungkan. Sangat. Dan itu membuatku frustasi kadang-kadang.Kita ini apa?
Tahu tidak? Kemarin kukirimkan sebuah surat untuk Tuhan sebagai tanda cintaku kepadaNya. Kamu mungkin akan tertawa terbahak saat membacanya saking tidak masuk akalnya. Karena itu aku tidak memberitahumu perihal surat itu. Ya, kalaupun suatu hari nanti kamu membaca surat-surat yang telah kutulis, mungkin keadaan kita tidak lagi sama. People change, right? So does their feeling.Kita ini apa?
Masih dengan tanya yang sama. Aku menunggumu tuk menyampaikannya. Meski mungkin kamu akan mengejekku dengan kata bodoh karena aku sama sekali tidak bisa membaca keadaan (baca: tidak peka). Ya kamu tahu sendiri aku seperti apa, aku bukanlah orang yang suka mengira-ngira. Hal semacam itu sama sulitnya menebak sebuah teka-teki yang tidak memiliki clue apapun.Kita ini apa?
Meski tak bisa kulihat sendiri dari sudut mataku. Kadang aku merasa bahwa kamu menyimpan perasaan yang sama denganku. Aku bukan orang yang mudah geer sebenarnya, tapi aku sudah mengenal banyak macam lelaki untuk tahu mana yang tertarik dan mana yang tidak tertarik kepadaku. Kamu pasti tertawa saat membaca ini. Tertawa sajalah sesukamu. Aku tidak peduli. Toh saat kamu membacanya, mungkin kisah kita sudah berbeda, mungkin saja kamu sudah melupakanku, melupakan kita yang pernah terjebak dalam sebuah hubungan yang tidak masuk akal.Kita ini apa?
Apapun kita saat ini. Meski kita masih bersembunyi di balik benteng hati kita masing-masing. Aku ingin kamu tahu sekarang atau nanti saat kamu membaca surat ini: bahwa saat ini aku masih ada untukmu karena aku bahagia bersamamu.Apapun kita saat ini. Meski cerita tentang kita masih menjadi sebuah teka-teki. Aku ingin kamu tahu bahwa akan selalu ada jalan untuk kembali meski masing-masing dari kita pernah terjebak di arah yang lain.
Apapun kita saat ini. Meski pada akhirnya kita tidak ditakdirkan untuk bersama satu sama lain. Aku ingin kamu tahu bahwa kamu pernah berada di sini, hati kecil yang kelihatannya sekeras baja, namun sesungguhnya serapuh kertas yang basah.
Dari aku yang sedang menghapus jejakmu.
Di Kota Anging Mamiri, 6 Februari 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghapus Jejakmu
Short Story30 Hari Menulis Surat Cinta • 30 Januari - 28 Februari 2015 Jangan pernah kembali untuk mendorongku jatuh ke lubang yang sama. Aku tidak lagi selemah itu. ~@AuliyaSahril