Untuk kamu yang sedang kuhapus jejaknya,
Bisakah aku merasa kesal sebentar saja? Bisakah aku menghubungimu lalu mencecarimu dengan sejuta tanya? Sebenarnya ada sangat banyak tanya yang kini sedang menari-nari di kepalaku. Entah kapan mereka akan berhenti berputar, menciptakan berbagai tarian aneh yang semakin lama semakin membuatku sakit kepala.
Tapi bukan itu inti dari suratku kali ini untukmu. Di surat ini aku sangat ingin mengatakan bahwa aku cemburu. Ini bukan salah satu pertanyaan yang tadi kumaksud. Soal sejuta tanya itu, akan kubiarkan mereka lenyap bersama embun di pagi ini.
Ini soal aku cemburu. Aku kesal sejadi-jadinya. Aku ingin marah sejadi-jadinya. Tapi mungkinkah aku lakukan? I wish I could. Tapi sungguh itu tidak mungkin. Aku bahkan tidak sanggup menatap matamu lebih dari sedetik. Bagaimana mungkin aku berani melakukan hal lainnya?!
Iya aku memang cemburu. Cemburu itu pasti ada. Aku cemburu pada semua hal yang berada di sekitarmu, pada semua hal yang mendapat perhatianmu, pada setiap waktu yang kamu berikan kepada orang-orang terdekatmu.
Sudah terlalu banyak andai yang aku lontarkan, tapi tidak akan pernah ada kata cukup untuk itu. Andai kamu bisa memberitahuku sekali saja alasan mengapa seharusnya kita tidak bersama. Mungkin akan lebih mudah buatku tuk menghapus jejakmu.
Satu permintaan terakhir sebelum menutup surat ini. Bisakah kamu berhenti membuatku cemburu? Please!
Dari aku yang sedang menghapus jejakmu.
Di Kota Anging Mamiri, 12 Februari 2015

KAMU SEDANG MEMBACA
Menghapus Jejakmu
Short Story30 Hari Menulis Surat Cinta • 30 Januari - 28 Februari 2015 Jangan pernah kembali untuk mendorongku jatuh ke lubang yang sama. Aku tidak lagi selemah itu. ~@AuliyaSahril