Dear kamu,
Aku kembali. Rasa-rasanya 3 tahun ini berlalu dengan sangat cepat. Aku masih ingat 3 tahun lalu, aku dengan semangat 45 menuliskan surat cinta itu untukmu. Berharap kau akan memahami maksudnya tanpa perlu kukatakan secara langsung.
Ah, benar kata orang. Hampir semua Laki-laki di dunia ini tidak peka. Kode seperti apapun tidak akan membuat mereka sadar bahwa wanita yang tengah dekat dengannya saat itu menyimpan harapan besar terhadapnya. Sementara wanita terlalu memelihara gengsinya. Lupa bahwa lelaki yang ia harapkan bisa pergi kapan saja tanpa diminta.
Aku ingin marah. Karena kau benar-benar pergi. Aku ingin cemburu. Karena kau menemukan dia secepat kilat. Sementara aku masih berharap kau datang membawa sebuah kepastian.
Aku ingin menangis. Rasanya kesal karena tak bisa berbuat apa-apa bahkan tuk sekadar mengatakan apa yang sebenarnya aku rasa.
Tahukah kamu? Sejak saat itu aku tak lagi suka memendam rasa. Aku lebih suka malu daripada hidup tanpa kepastian. Sakit itu pasti. Namun lebih tak nyaman lagi ketika mengharapkan sesuatu yang tidak pasti.
Kau tahu apa yang paling kusyukuri dari kejadian itu selain menjadi lebih berani dan terbuka? Aku menemukan apa yang kucari. Seseorang yang tanpanya, hidupku bagaikan bernapas dalam air. Mungkin akan kuceritakan tentang dia di lain waktu. Dengan judul yang berbeda dan dengan tema yang berbeda.Makassar, 27 April 2018.
Dari aku, yang telah lama melupakanmu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghapus Jejakmu
Short Story30 Hari Menulis Surat Cinta • 30 Januari - 28 Februari 2015 Jangan pernah kembali untuk mendorongku jatuh ke lubang yang sama. Aku tidak lagi selemah itu. ~@AuliyaSahril