Intermezzo 13 - Ketika Kau Bertanya Tentang Dia

108 2 0
                                    

Untuk kamu, seseorang yang kupanggil kakak.

Terimakasih atas setiap waktu yang kamu luangkan untukku tiap kali kubutuhkan. Kamu masih saja seperti dulu ternyata. Masih suka malas diajak ngobrol via chat. Masih suka ngajakin teleponan. Tidak peduli seberapa banyak pulsa yang akan kamu habiskan.

Iya benar. Kamu masih belum berubah. Masih suka dongkol tiap kali kuajak bercerita tentang Kakak Ipar. Katamu, biarkan kali ini kita berbicara tentang aku. Tentang seseorang yang sedang mengisi hatiku. Tentang kelanjutan studiku. Tentang orang-orang rumah yang sudah lama tidak kamu temui. Banyaklah. Namun kali ini, aku jauh lebih tertarik berbicara tentangmu.

"Kapan kamu nikah kak? Katanya tahun ini?"
"Kenapa jadi bahas itu?"
"Jawab aja kenapa?!"
"Iya, Insya Allah tahun ini. Kamu kapan?"

Aku tertawa. Ini salah satu pertanyaan yang belum kutemukan jawabannya. Masih samar-samar. Potongannya masih sementara kukumpulkan.

"2017 mungkin." Jawabku sekenanya.
"Sama siapa?"
"Hahaha. Sama seorang laki-laki yang baik, lucu, penyayang, dan setia."
"Saya sekali itu setia."
"Ah masa?"
"Setia lah. Buktinya sudah jalan dua tahun nih hubunganku sama dia."
"Iya iya setia. Setiap tikungan ada, kan? Hahaha."
"Ini pasti kamu bilang saya tidak setia karena saya teleponan sama kamu."
"Hahaha. Itu tahu."
"Kamu juga berarti tidak setia dong."
"Hahahaha. Dia orangnya tidak cemburuan kok."
"Asik. Anak mana sih?"
"Ada deh."
"Kenal dimana?"
"Kepo!!!"
"Ini jadi adek rese' sekali. Tidak mau cerita sama kakaknya."
"Hahahaha. Tumben kamu kosong kak. Gak malam mingguan?"
"Dia lagi ada gathering sama teman kantornya."
"Hahaha. Kasihan."
"Awas ya!"
"Peace!"
"Lah ini kamu kenapa malah teleponan sama saya?"
"Kamu kenapa teleponan sama saya?"
"Yee ini anak ditanya malah nanya balik. Kalau saya sudah tadi teleponan sama dia."
"Ohhh. Kalau saya males teleponan kak emang. Biasanya cuma chat. Telepon kalo lagi pengen aja."
"Ah alasan. Sudah jadian belum sih? Jangan-jangan masih PDKT."
"Kamu bicarain siapa memangnya?"
"Ya dia. Yang baik lucu penyayang dan setia itu!"
"Hahaha. Gak lagi PDKT sama siapa-siapa kok saya. Beneran."

Habis itu kamu terdiam sejenak.

"Btw, tahan banget kamu LDR-an, kak."
"Haha. Yah kenapa harus tidak tahan. Di situlah dilihat kesetiaan seseorang."
"Hahaha. Paling-paling juga kamu cuma sok tegar."
"Gak lah. Dia habis ini juga sudah mau resign dari pekerjaannya. Mau jadi dosen dia kayak kamu."
"Ikut-ikutan banget. Haha."
"Haha. Dia mau kenalan katanya."
"Nggak ah."
"Kenapa?"
"Nanti dicemburuin lagi kayak yang sudah sudah."
"Masih dendam kamu?"
"Haha. Gak dendam kok. Mana pernah saya dendam."
"Terus?"
"Nantilah deh pas kalian sudah di pelaminan kenalannya."
"Ya udah. Apa kabar orang rumah?"
"Baik. Jalan-jalan dong ke rumah. Gak kangen kamu sama si bocah-bocah?"
"Kangenlah. Nanti ya saya ke sana. Ah iya, kapan kamu ke Inggris?"
"Insya Allah bulan September."
"Oleh-oleh buatku harus yang paling istimewa ya!"
"Haha. Buat fatherlah yang teristimewa."
"Ya udah. Kalau gitu saya kedua teristimewa."
"Calon suami dong kedua teristimewa."
"Emang sudah ada?"

Tit tit tit...

Ah iya, maaf obrolan kita tiba-tiba terhenti di topik itu dikarenakan sambungan yang terputus. Setelah aku cek, ternyata jaringan hapeku hilang. Maklum sedang di desa. Jaringan tidak stabil. Dan saat itu aku sudah setengah mengantuk. Jadi kuputuskan saja untuk tidur. Esoknya saat mataku masih ngantuk-ngantuknya, kutemukan tumpukan chat di hapeku. Salah satunya darimu.

"Ini anak main ngilang aja gak bilang-bilang."

Dan tentang dia, nanti saja ya kuceritakan. Saat potongan-potongan puzzle lainnya telah kutemukan. Saat aku yakin bahwa aku tidak sedang memilih orang yang salah. Kamu tahu sendiri kan aku seperti apa?

Dari aku.

22 Maret 2015

Menghapus JejakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang