Dear kamu,
Surat kali ini kutujukan buat kamu aja deh. Soalnya selama 5 tahun lebih ini kamu sudah mau dengerin curhatanku, menjadi saksi bisu kegilaanku, menjadi yang pertama membaca kata-kata galauku. Apalagi ya? Semuanyalah pokoknya.
Jadi, karena kamu sudah baik selama ini. Makanya aku mau bilang kalau aku... sayang... kamu.... Hahaha. Tidak usah terharu begitulah! :p
Path? Kenapa dengan path? Gaklah. Kamu lebih berharga dari path. Coba deh perhatikan baik-baik. Di path tuh frekuensi curhatku hanya 10%. Sisanya paling cuma check in, listening to, posting foto groufie with teman-teman kuliahku yang super kocak dan suka ngomong aneh-aneh di grup. Oh iya mereka sudah move on ke LINE sih, senengnya. Hahaha. Akhirnya aku gak perlu sering-sering buka bbm yang entah kenapa sangat-sangat lalod itu.
Eh, bukan berarti aku mau move-on ke LINE loh, twit. Kamu tetap yang terindah kok. Suwer deh!
Facebook? Aduh. Kok jadi nyebut-nyebut dia sih. Iya sih belum bisa move on juga dari dia tapi kan maksudnya coba deh lihat postingan apa yang terakhir kuupload di sana. Foto-foto doang. Jangan cemburu gitu, ah. Aku gak suka kalau kamu gitu.
Terakhir nih aku mau nyanyi aja buat kamu, liriknya aja dulu ya. Aslinya entar dikirim lewat email. Kamu punya email kan? Pastilah, masa nggak sih.
"Kamu segalanya, tak terpisah oleh waktu. Biarpun Bumi menolak kutetap cinta kamu."
Itu aja ya, twit, aku cuma tahu bagian itunya doang soalnya. Hahaha. *peace* *bye*
Dari aku, pengguna setiamu.
Di kota Anging Mamiri, 10 Februari 2015
KAMU SEDANG MEMBACA
Menghapus Jejakmu
Short Story30 Hari Menulis Surat Cinta • 30 Januari - 28 Februari 2015 Jangan pernah kembali untuk mendorongku jatuh ke lubang yang sama. Aku tidak lagi selemah itu. ~@AuliyaSahril
