Intermezzo 5 - Terimakasih Untuk Hatimu, Kak

199 1 0
                                    

Kepada kamu yang kupanggil kakak,

Tengah malam ini kupergunakan khusus untuk menulis surat untukmu, seseorang yang telah bersedia kupanggil kakak meski kamu terlihat enggan memanggilku adik.

Hubungan macam apa yang kita punya? Aku ingin memulai surat ini dengan kalimat tanya itu.

Sebenarnya dulu, ada beberapa orang teman yang bertanya kepadaku, "kalian pacaran ya?" lantas aku membalasnya dengan tawa kemudian mengatakan "Ah, bukan kok. Kami ini saudara, hubungan kami sudah seperti kakak adik."
"Kakak Adik ketemu gede?" balasnya. Karena menurut aku pertanyaan itu tidak perlu dijawab makanya aku cuma tertawa sembari memikirkan. Apakah iya ada hubungan semacam itu antara lelaki dan perempuan? Aku juga sempat memikirkan bagaimana perasaanku kepadamu yang sesungguhnya, namun aku selalu menolak untuk mengakuinya.

Mungkin saat membaca surat ini kamu akan mengoceh, "Ngapain sih kamu membahas sesuatu yang sudah berlalu?" kemudian setelah itu kamu akan senyum-senyum sendiri mengingat momen-momen saat kita bersama.

Sebenarnya saya juga sedang senyum-senyum sendiri saat menulis surat ini. Mengingat kamu yang sudah sangat setia menjaga hatimu kepadaku. Memberikan kejutan-kejutan yang seringkali tidak terpikirkan. Daftar pembicaraan yang membuat perutku sakit saking lucunya. Lagu-lagu yang katamu mewakili perasaanmu kepadaku. Acara duet maut kita saat karokean. Oh iya, juga acara makan-makan bersama kita yang selalu kamu yang bayar dan kamu yang selalu kesal bila aku mendahuluimu membayar semuanya. Hahaha. Bagiku itu sebuah prestasi melihat wajahmu yang kesal, bagaimana mungkin kamu tidak pernah marah padahal aku seringkali menjengkelkan.

Ingat tidak saat aku menghapus kontakmu dari BBM? Hahaha. Sepertinya itu adalah hal paling menjengkelkan yang pernah kulakukan dan menurutku itu terlalu kekanak-kanakan. Kamu pasti setuju 100% dengan kata-kataku ini. Aku pun. Aku tidak ingin membela diri sebenarnya, tetapi saat itu kamu sangat menjengkelkan. Tahu tidak salah satu kejelekanmu adalah selalu merasa paling benar. Aku tidak suka. Makanya saat itu aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan kakak adik kita yang menurutku tidak masuk akal itu.

Ah iya, sampaikan maafku kepada calon istrimu yang pastinya akan sangat kesal bila membaca surat ini. Aku ingat sekali, dulu dia pernah mengirimkan pesan di inbox facebookku. Isinya menanyakan hubungan antara kamu dan aku, asal sekolahku dan beberapa pertanyaan lainnya yang menurutku sangat tidak penting untuk ditanyakan. Setelah itu, aku memberitahumu perihal pesan itu dan kita akhirnya terbahak bersama. Katamu, saat itu hubungan kalian sedang bermasalah. Yah, semoga saja bukan aku penyebabnya.

Aku tidak ingin menjadi penyebab hubungan kalian bermasalah. Begitupun saat ini. Saat kalian telah memutuskan untuk melanjutkan hubungan kalian ke tahap yang lebih serius. Aku tiba-tiba teringat beberapa momen saat hubungan kita merenggang. Saat itu kamu kali pertama berpacaran dengan dia. Heranku, mengapa saat hubungan kita kembali membaik, hubungan kalian jadi bermasalah. Kemudian kuingat saat itu kamu mengatakan bahwa kalian sudah putus, dia tidak dewasalah, pikirannya belum sampai ke tahap pernikahanlah dan sebagainya. Beda sekali denganku, katamu. Meskipun kadang kekanak-kanakan, tetapi aku selalu menyikapi segala sesuatu dengan pikiran orang dewasa, aku tidak takut menikah muda dan sebagainya. Mengingat kata-katamu itu aku ingin sekali tertawa terbahak-bahak. Apa iya aku seperti itu? Ckck...

Terlalu banyak kenangan tentang kita untuk dikenang, kak. Terimakasih untuk hatimu yang sempat kamu berikan kepadaku. Sampaikan juga terimakasihku kepada Sammy Simorangkir yang telah menyanyikan lagu Jaga Hatiku yang keren itu (lagu tentang isi hatimu), kemudian terimakasih juga buat traktiran-traktirannya (salah sendiri, kan aku maunya bayar sendiri :p), terimakasih juga buat nyanyian-nyanyianmu di teras rumahku tiap kali kamu datang bermain gitar (aku tahu suaramu bagus), terimakasih juga sudah memperlakukan saudara-saudaraku dan ayahku dengan baik (sepertinya dulu mereka sangat mendukung hubunganku denganmu), pokoknya terimakasih untuk segalanya.

Aku mungkin tidak akan melupakan kisah ini. Kisah yang tidak berujung pada kebersamaan kita memang. Tetapi aku senang sempat memilikinya. Semoga kamu bahagia ya, kak! Jangan lupa undangan pernikahanmu dengannya harus kudu wajib dibawa langsung ke rumah. Titip salam juga ya kak buat Kakak Ipar.

Dari seseorang yang menyebutmu Kakak

Di Kota Anging Mamiri, 7 Februari 2015

Menghapus JejakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang