O3. Alamat Palsu

765 145 179
                                    

Kemana kemana kemanaKuharus mencari kemana?Teman dari zigot, nggak tau rimbanyaNyasarnya ke rumah gebetan—Nolanda Yugarima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemana kemana kemana
Kuharus mencari kemana?
Teman dari zigot, nggak tau rimbanya
Nyasarnya ke rumah gebetan
—Nolanda Yugarima

Kemana kemana kemanaKuharus mencari kemana?Teman dari zigot, nggak tau rimbanyaNyasarnya ke rumah gebetan—Nolanda Yugarima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau nanti Bapak sudah pergi, bagaimana pun keadaannya jangan pernah jual rumah ini. Karena di rumah ini, kenangan dari awal Bapak sama Ibu jalin hubungan, masuk ke jenjang pernikahan sampai masa-masa kalian lahir hingga tumbuh dewasa, semuanya terukir di sini. Harganya akan lebih mahal kalau kalian ingat kenangan-kenangan masa lampau daripada dijual dengan harga ber-miliran rupiah. Inget wasiat Bapak, ya."

Saat Bapak berkata begitu, matahari mulai merosot pelan menemui titik barat tempat dia terbenam. Suara orang berdoa dan melantunkan kalimat-kalimat tasbih masih terdengar— menandakan kalau sholat asar baru saja usai. Istimewanya, Bapak, Ibu, Rasna serta Abang-abangnya ada di satu tempat yang sama, di teras rumah yang desain cukup sederhana dan tidak terlalu besar, tapi teras itu juga yang jadi saksi, ucapan wibawa penuh makna terakhir dari seorang Bapak Mahardika terdengar menyambangi ketujuh Anak kesayangannya.

Hari itu, mereka duduk bersama. Di lantai yang sama beralaskan tikar anyam yang Ibu beli di pasar dengan harga yang terlampau murah. Dengan sepiring singkong, tahu, tempe dan secirat es teh susu yang menemani, Bapak menyuarakan apa yang dilakukannya hari ini. Lantas mengundang atensi Ibu, dan Anak-anaknya.

Cerita Bapak memang tidak semenarik kisah petualangan Kera Sakti atau seseru kisah Harry Potter, tapi entah kenapa, di telinga Anak-anak Pak Mahardika—singkatnya panggil saja Pak Madi—cerita itu selalu menarik. Entah menarik dari segi mananya, tapi cara Bapak menceritakan sesuatu selalu jadi daya tarik tersendiri. Padahal, sore itu, Bapak hanya bercerita kepada Ibu.

Hahaha .... begitu kira-kira tawa Pak Madi saat mendapati ketujuh Anaknya Memperhatikan dirinya yang bercerita kepada sang Istri tercinta.

"Pak, masa Mas Nolan ngacangin Hasta pas di kantin universitas. Kayak orang nggak kenal gitu, Pak. Padahal Hasta nggak ngelakuin apa-apa di kantin, cuman nyetel lagu Kalau Bulan Bisa Ngomong aja pakai volume keras terus joget-joget keliling kantin, itu pun suruhan penjual kantin supaya Hasta bisa dapat bakso sama es teh gratis selama seminggu."

Catatan LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang