Yang diselesaikan itu hubungannya, bukan perasaannya.
—Amar CelondarikaBella.
Morning cantik |
Hari ini kk jemput kyk biasanya ya || Nggak usah kak
| Aku udh di jalan mau ke sekolah
| Nanti sebelum upacara, aku mau
ngomong di perpustakaanMarcel menyimpan hpnya ke dalam saku celana. Memilih untuk mengabaikan balasan dari Bella. Mendapat penolakan sesakit ini ternyata.
"Kok sedih gitu?" tegur Juna yang kebetulan duduk di samping Marcel.
Marcel hanya menggeleng sambil menyuapkan nasi, tempe dan telur dadar— menu sarapan pagi ini, ke dalam mulutnya. Entahlah, Marcel merasa bahwa ini akan menjadi hari yang buruk. Bahkan semangatnya untuk ke sekolah kini sudah padam. Bella kenapa?— pertanyaan itu terus menjejali pikirannya hingga sarapannya habis.
"Kalau makan jangan ngelamun," tegur Maher yang baru datang ke dapur dengan tas hitam di bahu kanannya. Di belakangnya ada Hasta, Nolan dan Rasna yang membuntuti.
"Nggak pa-pa," jawab Marcel seadanya. Setelah meneguk segelas air putih, Marcel berdiri membawa piring kotor bekas dia makan ke arah wastafel.
Pikirannya masih tertuju pada Bella. Apa Bella marah padanya karena pertengkarannya dengan Rasna dua hari yang lalu? Hanya itu alasan paling logis yang terpikirkan oleh Marcel mengenai spekulasinya tentang balasan Bella yang menolak untuk dia jemput.
Kalau memang benar Bella marah karena dirinya bertengkar dengan Rasna, maka Bella harus tahu alasan dibalik dia bertengkar dengan Rasna. Bukan maksud agar Bella menyalahkan Rasna, tapi Marcel hanya ingin menunjukkan bahwa dirinya tidak salah sepenuhnya. Lagipula, wajar bukan jika Marcel marah ketika tahu ada orang lain menyimpan foto pacarnya?
Pagi-pagi begini pikiran Marcel sudah mengelana kemana-mana. Terlebih Bella mengajaknya bicara di perpustakaan sebelum waktu upacara. Perasaan Marcel jadi tidak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Lakuna
FanfictionRasna mengerti, rahasia yang disimpannya rapat-rapat selama ini akan berakhir pada kekacauan di dalam rumah. Tapi Rasna keliru, dia pikir, sikapnya selama ini adalah benar. Mungkin Rasna lupa, diam bukanlah kebaikan dan bertindak saat semuanya sudah...