23. Belajar Terbiasa Tanpa Kehadiranmu

444 87 140
                                    

Kucoba mengikhlaskan meski hati meminta bertahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kucoba mengikhlaskan meski hati meminta bertahan.
—Klandestin Kiani Trifawin

Hal yang pertama kali Rasna pikirkan ketika melihat atensi Bella adalah— bahwa Bella tidak baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal yang pertama kali Rasna pikirkan ketika melihat atensi Bella adalah— bahwa Bella tidak baik-baik saja. Nampak jelas dari raut wajah Bella yang kelihatan lemas seperti tidak ada semangat. Rasna membawa langkahnya mendekat ke arah Bella kemudian menghadang langkah Bella membuat Bella mendongak menatap dirinya.

"Kenapa?" tanya Rasna langsung pada intinya.

Bella diam, tidak ada niatan menjawab. Tapi matanya sedikit basah di bagian kantung mata juga maniknya yang bergerak gelisah seakan menghindari tatapan dari Rasna. "Gue baik."

"Lo nggak baik-baik aja, mana Kak Marcel?" Tepat sasaran, Fajarasna. Berbekal firasat, Rasna yakin bahwa keadaan Bella saat ini pasti ada hubungannya dengan Marcel. Terlebih tadi pagi saat masih di rumah Marcel menyinisinya ketika menanyakan perihal Bella. Rasna yakin betul, ada yang tidak beres antara Marcel dan Bella.

"Nggak usah sok tau!" ketus Bella dan langsung menggeser langkahnya ke samping agar Rasna tidak lagi menghalangi jalannya.

Rasna berbalik menatap kepergian Bella, tidak ada niat mau menghentikan atau mengajak Bella ke kelas bersama, pemuda itu sekedar menatap lamat-lamat sosok Bella hingga hilang di balik anak tangga lantai dua. "Cewek itu ribet ya," gumamnya.

"Dan lebih ribet lagi kalau ada cowok yang egois," sahut Danil ikut menimpali, maksudnya ingin menyindir Rasna.

Entah merasa disindir tapi berpura-pura tidak merasa atau memang dia tidak merasa tersindir, Rasna mengabaikan ucapan Danil. "Ada sesuatu yang boleh gue tau?" ijin Rasna setelahnya, membuat Danil mengernyit tidak mengerti.

"Apaan?"

Rasna diam, tatapannya beralih pada Klan yang masih diam di tempatnya. Dan mungkin Klan sadar sedang ditatap Rasna, gadis itu langsung melangkah melewati keduanya dan menuju tangga untuk sampai ke kelas. Saat Klan sudah tidak ada lagi, Rasna baru membuka suaranya. "Klan mau pergi?" tanyanya pelan.

Di koridor lantai pertama gedung SMA Bina Ilmu, di tengah lalu lalang siswa lain yang mulai ramai berdatangan, untuk pertama kalinya Rasna menanyakan hal-hal tentang Klan yang menjurus ke arah memberi perhatian. Danil sendiri dibuat bungkam, ada gerangan apa Rasna menanyakan kepergian Klan? Apa pemuda itu mendengarkan percakapannya dengan Klan tadi?

Catatan LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang