12. Kalau Dekat Sewajarnya Saja

468 110 101
                                    

Mantan doi-ku ternyata adalah calon Kakak iparku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mantan doi-ku ternyata adalah calon Kakak iparku. Udah cocok jadi judul sinetron kan?
Fajarasna Nuraga Aludran

"Rasna!! Tungguin gue!!" Suara Klan menggema dari parkiran sampai ke koridor hanya untuk menghentikan langkah Rasna yang hampir menyambangi tangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rasna!! Tungguin gue!!" Suara Klan menggema dari parkiran sampai ke koridor hanya untuk menghentikan langkah Rasna yang hampir menyambangi tangga.

Sungguh, pagi cerah yang mendadak buruk bagi Rasna. Memperkirakan jarak parkiran sampai ke tempatnya sekarang mungkin sekitar dua meter, lantas, sekeras apa suara Klan sampai mampu dia dengar dari dekat tangga? Membayangkannya benar-benar membuat Rasna lelah.

"Kenapa?" tanya Rasna dengan tatapan malas ke arah Klan yang baru saja menghentikan langkah di sampingnya.

"Tungguin ogeb! Udah diteriakin dari depan gerbang juga nggak nyaut-nyaut," omel Klan.

Rasna menghela nafas pasrah, melirik sekitar koridor yang agaknya jadi terpusat pada atensi Klan-ralat, Klan dan dirinya. "Nggak guna juga nungguin lo," sahut Rasna sebelum melanjutkan langkahnya.

Mengingat bagaimana Klan bisa seberani itu meneriaki Rasna, alasannya karena Klan mulai sedikit mengambil langkah untuk mendekati Rasna. Kedekatan mereka sih sudah terhitung mulai dari sebulan yang lalu-semenjak kedatangan Danil sebagai murid baru, dari kejadian di mana Nayla berhasil menyeret Rasna masuk ke kantin saat keadaan masih sangat ramai. Tapi tetap saja, Rasna seperti masih menganggap bahwa keberadaan Klan hanya lah pengganggu ketenangannya.

"Ada tuh gunanya nungguin gue," balas Klan yang mengikuti langkah Rasna.

"Hmmm." Rasna hanya berdeham menanggapi Klan.

"Supaya lo punya temen, gue kan temen lo," ucap Klan lagi, dengan nada antusias tentunya. Berharap kalau Rasna menanggapinya, tapi lagi-lagi Rasna mengabaikannya.

"Gue nggak butuh temen." Rasna menghentikan langkahnya saat sudah sampai di lantai dua. "Nggak butuh temen yang modelannya kayak lo," sambung Rasna ketus.

Klan tersentak mendengar perkataan Rasna. "Lo udah sering ngomong begitu, nggak mempan lagi di gue," kilah Klan. Meski sudah sering mendengarkan Rasna berucap begitu, entah kenapa Klan tetap merasa sakit setiap mendengarnya.

Catatan LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang