Sejatinya hidup itu tentang berjalan dan menyelesaikan, bukan berlari dan mengakhiri.
-Mahardika
Klan terus menggamit lengan Danil sepanjang dia menyusuri rak-rak buku di sebuah toko peralatan sekolah. Tidak bosan-bosannya Klan memandangi setiap buku dengan warna dan motif yang berbeda, rencananya Klan mau membeli satu untuk dia tuliskan sesuatu. Tapi masih bingung ingin membeli yang mana, semuanya bagus soalnya!Sementara Danil yang merasa tidak bisa lari kemana-mana barang hanya meninggalkan Klan beberapa langkah- cuman bisa pasrah. Hari ini Klan sangat menyebalkan baginya. Tadi sepulang sekolah, baru saja ingin keluar kelas, Danil harus rela ditahan oleh Hadi, katanya ada yang ingin dibicarakan. Danil kira ada hal penting, ternyata yang diucapkan Hadi adalah, "Dan, sepupu lo lagi sakit? Si Klan nyebelin anjir! Nempel ke gue udah kayak lintah aja, untung Zava nggak marah." yang langsung membuat Danil hanya bisa tersenyum sambil mengucapkan maaf atas nama Klan. Dan sekarang, gadis Trifawin itu malah membawanya ke sebuah toko peralatan sekolah untuk mencari buku diary. Danil tidak diperbolehkan berkeliaran dan harus mengikuti Klan seperti seorang budak mengikuti majikannya. Gimana Danil nggak kesal coba?
Sudah hampir setengah jam Klan dan Danil mencari buku yang ingin Klan beli, tapi tidak ketemu juga. Bagian yang paling membagongkan menurut Danil adalah, Klan yang mengajaknya mengitari satu rak buku diary terus menerus, berkata "Duh, bukunya banyak banget, bagus semua lagi, jadi bingung pengen beli yang mana." padahal Klan saja yang terlalu pemilih.
"Klan."
"Hmm."
"Klan."
"Apa, Bi?"
Danil mendadak cengo. "Lo manggil gue 'baby'?"
"Hah? Oh ... bukan! Bi untuk babi," kata Klan memperjelas, dengan raut wajah yang tidak terlihat bersalah, kemudian melanjutkan kegiatannya meneliti buku diary yang terpajang di hadapannya.
"Ya Allah! Gila gue lama-lama!" seru Danil frustasi.
"Lo kan emang gila, udah dari lama pula," balas Klan antara peduli dan tidak peduli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Lakuna
FanfictionRasna mengerti, rahasia yang disimpannya rapat-rapat selama ini akan berakhir pada kekacauan di dalam rumah. Tapi Rasna keliru, dia pikir, sikapnya selama ini adalah benar. Mungkin Rasna lupa, diam bukanlah kebaikan dan bertindak saat semuanya sudah...