O5. Semoganya Tetap Seperti Ini

610 132 188
                                    

Lo sebenarnya punya dendam apa sih sampai tega nyeburin gue sama Rasna ke got waktu mau ngambil bola warna tai cicak?—Ardan Nilarustam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lo sebenarnya punya dendam apa sih sampai tega nyeburin gue sama Rasna ke got waktu mau ngambil bola warna tai cicak?
—Ardan Nilarustam

Lo sebenarnya punya dendam apa sih sampai tega nyeburin gue sama Rasna ke got waktu mau ngambil bola warna tai cicak?—Ardan Nilarustam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamualaikum!"

"Mama! Klan datang nih!"

Klan menatap aneh ke arah Danil yang teriak seperti tarzan memanggil Mamanya yang entah posisinya sekarang ada di mana. "Nggak takut kualat lo neriakin orang tua sendiri kayak gitu?" tanya Klan penasaran.

Danil menggeleng mantap. "Mama rada budeg soalnya, makanya gue teriak kayak tadi."

"Bener-bener nggak ada takutnya nih anak, ketulahan baru tau rasa lo," peringat Klan dengan tudingan telunjuknya di depan hidung Danil.

Hap. Dengan secepat kilat Danil melahap jari telunjuk Klan, menggigit jari cewek itu sedikit keras sampai sang empu memekik sambil mengumpat. "ANJU! DANIL SAKIT GOBLOK! HEH LEPAS ASU! YA ALLAH!"

Klan berjengit menjauh, mencoba menarik tangannya dari mulut Danil. Namun hasilnya tidak sesuai harapan, jari telunjuknya yang digigit Danil malah bertambah sakit karena Danil semakin merapatkan giginya untuk menahan jari Klan.

"Kenapa sih kok ribut bang— MASYAALLAH DANIL!"

Danil menjauhkan mulutnya saat sosok sang Mama muncul dari arah pintu belakang. Danil melemparkan cengirannya pada Mama sebelum berlari keluar dari rumah.

"Tante ..." rengek Klan sambil mengibaskan pelan telunjuknya yang tadi digigit Danil saat Mama Danil mengusap punggungnya. "Jari Klan hampir putus tadi, Tan. Huhuhu ..." adunya dengan wajah dibuat memelas.

Mama Danil terus mengusap punggung Klan, mencoba menenangkan sang keponakan. "Haduh si Danil itu emang cari masalah banget," geram Mama mengalihkan tatapan ke arah Danil yang entah kapan mulai asik ketawa bareng Papa. Terlihat seperti tidak habis melakukan sebuah kejahatan.

"Klan ijin bunuh Danil ya, Tante," pinta Klan yang jarinya dia dekatkan ke hidung, mencium bau jari telunjuknya yang sudah dipastikan jadi bau air liur-nya Danil.

Catatan LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang