2O. Berhenti Mencintaimu, Apa Mungkin?

489 92 137
                                    

"Maaf, maafin gue yang udah seenak hati suka sama lo yang jelas-jelas nggak pernah anggap gue ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maaf, maafin gue yang udah seenak hati suka sama lo yang jelas-jelas nggak pernah anggap gue ada."
Klandestin Kiani Trifawin

"Terus sekarang gue harus apa, Dan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terus sekarang gue harus apa, Dan?"

Danil yang duduk di hadapannya terdiam, pertanyaan Klan dengan nada frustasi sukses membuat Danil bingung ingin menjawab apa. Masih dengan pembahasan yang sama, perihal Rasna, dan kali ini Klan sedang dilema, apa yang harus dia lakukan pada Rasna setelah ini. Meminta maaf karena sudah membuat pemuda itu mendapat tonjokan dari Marcel atau diam saja seperti tidak terjadi sesuatu. Karena jujur saja, Klan sangat sakit hati ketika Rasna mengatainya pembawa sial.

"Minta maaf lah, emang apa lagi?"

"Kalau dia nggak ngatain gue pembawa sial, udah daritadi malam gue bilang ke dia buat minta maaf."

"Lo sakit hati dibilang pembawa sial sama Rasna?"

"Ya lo pikir aja sendiri! Inget dia ngomong begitu ke gue aja bikin sakit hati, apalagi pas kemaren gue denger langsung. Saking nggak tahannya gue buat nggak nangis, gue langsung pulang tanpa pamit kan? Lo bahkan nemuin gue udah sampai di rumah, gue nggak suka dikatain seketerlaluan itu. Ayah sama Bunda aja nggak pernah ngatain gue sampai segitunya, lah dia? Anjing banget jadi cowok!" Klan misuh-misuh mengingat kejadian hari sabtu kemarin di rumah Rasna.

Tangan Danil terangkat mengusap puncak kepala Klan lembut. Emosi Klan berhasil dibuat mereda karena perlakuan Danil. Biarpun mereka sering adu mulut, tidak dipungkiri kalau Danil bisa bersikap selembut itu kepada Klan. Meski tidak dijamin kalau setelahnya Danil tidak akan memancing keributan lagi.

"Lo sama Rasna sama-sama salah, nggak usah ngatain dia anjing. Dia anjing, lo babi, mau?"

Beruntung suasana pagi di sekitar lingkungan tempat tinggal Klan sedang sepi. Jadi, mau sebanyak apapun Danil mengabsen nama-nama hewan tidak akan ada yang terganggu. Apalagi ini hari minggu dan Ayah serta Bunda-nya Klan sedang ada di rumah Danil untuk persiapan acara syukuran yang Danil sendiri tidak tahu syukuran untuk apa. Yang Danil tahu, Papa menyuruhnya untuk menemani Klan di rumah gadis Trifawin itu.

Catatan LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang