"Kalau beneran isinya bom, kenapa nggak meledak ya?" Rasna kembali memandangi kotak seukuran buku paket sejarahnya. Masih ragu untuk memeriksa apa isi kotak tersebut, alias tidak yakin kalau kotak tersebut benar-benar untuknya.
Apa kotak ini dari penggemar rahasianya?
Setahu Rasna, dirinya tidak punya penggemar rahasia selain Klan. Kalau pun benar Klan yang memberikan kotak ini untuknya, kenapa harus lewat pos dan kurir segala? Kenapa tidak diberikan langsung padanya? Dan lagi-lagi Rasna meragu, bagaimana kalau pengirim kotak tersebut bukan lah Klan? Bagaimana kalau pengirim kotak tersebut ternyata adalah orang jahat? Bagaimana kalau pengirim kotak tersebut adalah orang yang ingin menyakiti Rasna dan keenam kakaknya? Bagaimana kalau-
"Anjir, gue kayak detektif aja. Nggak mungkin juga ada orang yang mau jahatin gue, gue kan bukan orang penting," kata Rasna menghentikan semua presepsi buruk di kepalanya perihal si pengirim kotak yang ada di tangannya saat ini.
Rasna memang berhenti memikirkan segala presepsi buruk tidak beralasan di kepalanya, tapi Rasna tetap juga masih merasa ragu untuk membuka kotak tersebut. Bagaimana kalau kotak tersebut salah alamat tujuan? Bagaimana kalau ternyata isinya ular?
"Astagfirullah, suudzon mulu perasaan," gumam Rasna tanpa suara sambil mengusap dadanya berkali-kali. Kenapa otaknya jadi tidak beres setelah mendapat pelukan dari Klan sewaktu di bandara siang tadi? Pasti ada yang salah dari sel otak Rasna saat ini.
Lama-lama Rasna bosan sendiri karena terjebak dengan pemikiran tidak beresnya. Buka saja ya?
"Bismillah, semoga bukan bom," ucap Rasna dengan tangan kiri yang meraba kantong celananya untuk mengambil cutter.
Perlahan, Rasna membuka plastik bening yang membungkus kotak tersebut, lalu membuka penutup kotak tersebut. Alih-alih langsung melihat isinya, Rasna malah mengamati penutup kotaknya, memutar-mutar penutupnya hingga matanya menangkap sebuah tulisan tangan di balik penutup kotak tersebut.
Klandestin Kiani T.
"Klandestin? Kia? Dari Klan?" Rasna beralih mengambil isi kotak tersebut, dua buah buku catatan harian dengan warna biru dan putih. Terdapat nama lengkapnya di sampul buku catatan berwarna putih dan nama lengkap Klan di sampul buku catatan berwarna biru.
Fajarasna Nuraga Aludran- Fajar-ku
Klandestin Kiani Trifawin- Klandestin-mu
Perasaan Rasna campur aduk ketika melihat tulisan nama Klan di sampul buku catatan warna biru. Antara sedih, bahagia, dan terharu, kenapa bisa Klan masih sebaik ini memberikannya sebuah hadiah bahkan di saat Rasna hanya mampu memberi pelukan perpisahan sebelum gadis itu pulang ke kota kelahirannya? Bahkan di saat Rasna belum bisa memberikan yang terbaik kepada Klan sebagai seorang teman, di saat Rasna hanya mampu membuat Klan bahagia tidak lebih dari sekedar mengajak gadis itu keliling kota Jogja, Klan masih memikirkan dirinya di penghujung waktunya berada di Yogyakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Lakuna
FanfictionRasna mengerti, rahasia yang disimpannya rapat-rapat selama ini akan berakhir pada kekacauan di dalam rumah. Tapi Rasna keliru, dia pikir, sikapnya selama ini adalah benar. Mungkin Rasna lupa, diam bukanlah kebaikan dan bertindak saat semuanya sudah...