O4. Hati Punya Suara, ya?

680 143 174
                                    

Gue perhatian bukan berarti cinta

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue perhatian bukan berarti cinta.
Jangan geer! Gue nggak mau lo berharap lebih.
Karena gue nggak mau lo sakit untuk yang kesekian kalinya cuman gara-gara gue.
—Fajarasna Nuraga Aludran

Di antara ketujuh anak-anak kesayangan Pak Madi, yang paling terlihat introvert memanglah Maher, Nolan dan Rasna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di antara ketujuh anak-anak kesayangan Pak Madi, yang paling terlihat introvert memanglah Maher, Nolan dan Rasna. Yang terlihat pendiam adalah Rasna. Tapi siapa yang mengira, yang paling tidak bisa mencurahkan isi hatinya adalah si pencinta moge alias motor gede yang tak lain dan tak bukan adalah Amar Celondarika. Satu-satunya anak Pak Madi yang hobinya balapan. Ya walaupun Nolan, Dhipa dan Hasta juga suka ngebut-ngebutan kalau bawa kendaraan, tapi yang hobi balapan hanya Marcel seorang.

Apapun yang Marcel alami, sebagian besar dia tidak pernah menceritakannya kepada Kakak-kakaknya. Kecuali tentang balapan, itu wajib! Karena syarat yang Maher ajukan agar bisa turun ke arena balap adalah dengan Marcel yang menceritakan semua tetek-bengek balapan yang diikutinya sekaligus circle pertemanannya.

Selain itu, Marcel menyimpan semuanya seorang diri.

Sebenarnya, Maher paham akan sifat Adiknya yang mirip lumba-lumba itu. Pemuda Celondarika itu tidak akan pernah mau bercerita kalau tidak ditanya atau diminta terlebih dahulu— terlebih kalau tentang masalah pribadi.

Dan selain Maher, orang yang sedikit banyaknya paham akan sifat Marcel ialah pacar dari seorang Dhipano Ajendra— Yulia Ningsih namanya. Iya, Mbak Lia orangnya.

"Mau sop mihun nggak, Mbak?" Marcel menyodorkan semangkuk sup mihun pada Lia yang sedang sibuk ngobrol dengan Mas Pacar.

"Ganggu lu, siluman Lumba-lumba!" ucap Dhipa menyahut sewot.

"Setan diem deh!" balas Marcel tak kalah sewot.

Marcel mengibaskan tangannya di hadapan Dhipa, mengisyaratkan cowok manis—semanis buah semangka favorit Maher—itu menjauh agar dirinya bisa duduk didekat Lia. "Mau nggak, Mbak? Enak lho masih hangat, Marcel baru aja beli tadi," tawar Marcel sambil menatap Lia dan seonggok mihun yang terendam kuah sup secara bergantian.

"Nggak ada Rasna, Marcel yang ngerecokin. Pacaran di got aja lah kita, Li," dumel Dhipa tak karu-karuan. Mulut Dhipa tidak henti-hentinya mengoceh hingga cowok itu lelah sendiri karena ocehannya tidak ditanggapi oleh Lia yang kini sudah sibuk dengan Marcel. Dhipa berakhir meninggalkan ruang makan dan ikut tidur siang bareng Hasta dan Nolan di kamar Maher.

Catatan LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang