Jangankan ayam jantan bertelur, Rasna yang selalu cuek ke gue aja gue tungguin.
—Klandestin Kiani Trifawin"Rasna, lo cemburu?"
Karena pertanyaan Klan, Bella ikut terdiam. Rasna yang menjadi sasaran tatapan penasaran keempat temannya hanya Mengedikkan bahunya acuh.
"Cemburu kenapa?" tanya Bella menimpali.
"Emangnya siapa yang harus gue cemburuin?" Rasna balik bertanya dengan tatapan malas.
"Cemburu ke Bella? Mungkin lo suka Bella terus cemburu pas Bella nyeritain Kak Marcel, bisa aja begitu kan?" papar Klan sambil melirik Bella dan Rasna bergantian. Dia yang beropini namun dia sendiri juga yang merasa sakit karena ucapannya-apalagi ketika membayangkan apa yang dituduhkan pada Rasna benar apa adanya.
"Atas dasar apa lo nuduh begitu?" Rasna berdiri dari duduknya, melangkah mendekat ke arah Klan dengan tatapan mengintimidasi yang membuat Klan mendadak gugup.
"K-kan cuman kemungkinan, kalau emang nggak bener harusnya tinggal geleng doang," balas Klan mencoba biasa-biasa saja. Jarak mereka memang tidak terlalu dekat, tapi degup jantung Klan benar-benar sudah tidak normal lagi.
Danil mengerjapkan mata dengan bibir yang meringis, ini awal permasalahan karena Bella yang diam-diam pacaran sama Pak Ketos, kenapa sekarang jadi melipir ke perdebatan antara Klan dan Rasna?
"Gue nanya, atas dasar apa lo nuduh gue? Atas dasar apa lo ngomong begitu ke gue?" ketus Rasna dengan nada tegas.
Klan menggerakkan maniknya gelisah, mencoba menghindari tatapan menuntut dari Rasna. Selain membuat Klan terlihat gugup, ternyata Rasna juga membuat Klan sedikit merasa senang. Melihat Rasna dari jarak sedekat ini, waw! Klan merasa Rasna lebih tampan berkali-kali lipat dari biasanya.
"Bisu? Gue nggak nyuruh lo melamun." Rasna mencondongkan sedikit tubuhnya, membuat Klan otomatis memundurkan langkahnya sekali.
"Eyy! Kok jadi gini? Gue mau cerita lho." Bella maju ke samping Klan, kemudian mendorong Rasna untuk menjauh dari hadapan Klan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan Lakuna
FanfictionRasna mengerti, rahasia yang disimpannya rapat-rapat selama ini akan berakhir pada kekacauan di dalam rumah. Tapi Rasna keliru, dia pikir, sikapnya selama ini adalah benar. Mungkin Rasna lupa, diam bukanlah kebaikan dan bertindak saat semuanya sudah...