Tak terasa sinar senja tengah menyambut langit malam melepaskan sebagian kenangan menjadi semburat orange di langit biru yang perlahan memerah, seperti mentari yang butuh istirahat begitu pula dengan para manusia yang telah memanfaatkan waktu mereka sebaik mungkin saat mentari masih melambaikan sinarnya di langit.
Langkah kaki Dela yang di iringi dengan canda tawa Alea menyusuri gang kecil hingga tiba di depan kos-kosan milik Alea. Setiap pulang sekolah, Dela selalu menyempatkan waktunya untuk mengantar Alea pulang, baginya Alea sudah seperti adik kandungnya yang membuat Dela selalu nyaman bersamanya.
Derap langkahku kini mengarah ke jalan raya keluar dari lorong gang kecil yang tak dapat di lewati oleh kendaraan roda empat, suara kendaraan yang lalu lalang di atas aspal menyambut ku. Rumah Alea tak terlalu jauh dari rumah ku, aku bisa saja menggunakan bus akan tetapi, aku tidak ingin membuang-buang pemandangan indah kota di malam hari meski, alasan sebenarnya hanya tak ingin membuang-buang uang.
Jutaan lampu menyala menandakan waktu akan terus berlanjut, berjalan sambil mendengarkan musik melalui earphone kedua tangan masuk ke dalam kantong jaket serta tas di punggung menunjukkan identitas ku terlebih lagi jaket yang sedang ku kenakan adalah jaket olahraga sekolah.
Terkadang aku bisa mendengar suara ibu-ibu yang membicarakan betapa beruntungnya aku bisa bersekolah di sekolah swasta yang cukup terkenal itu. Banyak alumni yang memiliki jabatan yang tinggi setelah lulus dan itu menjadi tolak ukur mereka yang tidak tahu bahwa sekolah kecil bisa berkembang pesat berkat murid-murid yang bersekolah di sana.
Inilah diri ku gadis dingin yang memiliki mood yang naik turun bak roller coaster aku berasa hidup di dunia fantasi dimana aku bisa merasakan cinta tanpa jatuh cinta dan bisa sedih tanpa patah hati, gadis kutu buku yang sering di juluki sebagai senior yang tegas dan tidak memiliki hubungan yang baik dengan adik kelas.
Seseram itukah aku, entahlah aku juga tidak tahu akan hal itu sekeras apapun aku mencari jawabannya maka aku hanya menemukan satu jawaban, sikap ku dapat di niliai oleh orang lain karena aku di ciptakan untuk di nilai itulah kehidupan. Terkadang kita harus di nilai untuk mengetahui apa yang terbaik untuk diri sendiri atau sebaliknya namun, kembali lagi ke prinsip hidup orang-orang yang tentunya berbeda-beda.
Aku memilih banyak pendapat akan kehidupan, tentunya aku juga memiliki banyak prinsip salah satunya fokus belajar tapi, aku tidak tahu kapan pangeran berkuda datang membawa ku masuk ke dalam dunianya.
Hidup adalah sebuah pilihan yang dapat kau pilih sesuka hati akan tetapi pilihan itu memiliki konsekuensi masing-masing.
10 hari kemudian
Tak butuh waktu lama bagi Rafael untuk beradaptasi di lingkungan barunya, kini ia memiliki banyak teman salah satunya adalah Rio ketua kelas yang selalu berdiri di sampingnya, sama seperti hari ini saat dimana sedang di laksanakan rapat di aula sekolah. Semua murid kelas 12 diminta untuk memilih dua kegiatan yang telah di usulkan kepala sekolah.
Pilihan pertama adalah acara pentas olahraga antar kelas atau pilihan kedua adalah liburan perkelas. Para murid di berikan waktu 30 detik untuk menuliskan pilihan mereka di kertas kecil kemudian menaruhnya di dalam kotak.
Sistem vote ini biasa terjadi ketika hasil rapat memiliki pendapat yang penuh dengan pro kontra dan sudah menjadi tradisi sekolah, dimana pilihan akan di berikan kepada murid yang akan melaksanakan kegiatan.
Sebenarnya kegiatan ini bertujuan untuk menambah nilai ekstrakulikuler setiap murid kelas 12 sebelum ujian bisa di bilang kegiatan ini adalah ujian ekstrakulikuler dalam mode santai, karena tidak mungkin melaksanakan ujian ekstrakulikuler sementara banyak murid yang tak memilih organisasi meski, sudah di tengaskan harus aktif dalam program ekstrakurikuler.
Tipe murid-murid seperti itu adalah alasan selalu ada rapat tiap tahunnya untuk kelas 12 dan menjadi alasan para adik kelas diajar oleh kakak kelas untuk sementara waktu.
"Woah, kira-kira aku harus bawa apa untuk liburan sekolah nanti?" Ucap Eka menari riang di lorong kelas.
"Intinya kita berlima harus satu kamar, oke?" Ucap Alea murid introvert dan sulit beradaptasi dengan lingkungan.
"Cih, bukannya asal kau bersama Dela?" Ejek Laras yang membuat Dela tersenyum.
"Eh, apa kalian belum tahu jika tahun ini cewek dan cowok akan di gabung dalam satu kamar, karena ada dua kamar dalam satu ruangan dan dalam satu ruangan ada empat ranjang tingkat," jelas Nurul yang mendapat informasi dari ruang guru saat asik membereskan meja Pak Reno.
"Hah, mana boleh seperti itu ibu Rena pasti membantah hal itu. Kalau ada yang pacaran terus berbuat seenaknya gimana?" Ucap Tiara yang membuat semua orang berpikir kearah negatif.
"Pasti ada sudut positifnya," gumam Dela berjalan memesan minuman kemudian berjalan duduk di meja dekat kaca.
Perkataan Dela membuat yang lain mengikutinya, memesan makan kemudian duduk di dekatnya.
"Apa maksudmu?" Tanya Tiara yang akrab di sapa Ara.
"Akhir-akhir ini interaksi antara murid sekolah berkurang, aku yakin kalian menyadari hal itu di dalam kelas kita contonya. Di kelas kita hanya Laras yang sering berinteraksi dengan anak laki-laki yang membuat Laras sering di sebut sebagai parasit oleh adik kelas, benar tidak?"
"Itu memang benar, akan tetapi aku tidak memperdulikan hal itu jadi tenang saja," ucap Laras kemudian menatap sinis kearah meja seberang yang di huni adik kelas yang sedang mengosipi dirinya.
"Itu hanya berlaku bagi mu lalu bagaimana dengan murid lainnya yang berada di posisi mu? Guru-guru ingin mengusir pemikiran itu karena tak ingin sekolah kita terdodai oleh pemikiran pendek, sekolah kita selalu ingin membuat para siswanya berpikir ke depan agar bisa menjadi seorang pemimpin. Karena hal itu pula setiap kamar akan di huni tiga siswa dan empat siswi dan satu guru untuk mencegah terjadinya pelanggaran," Jelas Dela yang membuat wajah teman-temannya khawatir karena kecil kemungkinan mereka bisa satu kamar.
"Dari mana kau tahu akan hal itu?" Tanya Eka.
"Aku baru saja di chat oleh Bu Reni (wali kelas) ku rasa dia juga sudah memberitahukan hal ini kepada Rio."
"Lah, apa hanya kelas kita yang di beri tahu?"
"Tidak juga, ibu hanya mencegah para murid membawa perlengkapan yang tak perlu di bawa lagi pula sebelum masuk kamar barang-barang kita akan di periksa lebih dulu," jelas Dela meneguk habis minumannya.
"Kalau begitu dengan siapapun teman kamarnya kita tak boleh sampai berpisah, mengerti? Jika ada apa-apa langsung chat di Grub saja, oke?!" Ucap Laras membangkitkan semangat.
Malam harinya setiap murid sibuk menyiapkan barang yang harus mereka bawa mulai dari pakaian, perlengkapan belajar, mandi dan lain-lain.
Beberapa murid tak sabar hingga esok pagi tiba khususnya para murid yang tak pernah melakukan liburan sekolah contohnya Alea dan Nurul yang Video call semalaman saking tak sabarnya untuk esok pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan tinta TAMAT✓
General FictionCinta pertama telah meninggal dirinya Lika liku hidup yang penuh kejutan ujian silih berganti datang menjabat tangannya yang dingin di saat semakin tingginya panas global. Menemukan cinta setelah sekian lama berharap pada satu janji yang pada akhirn...