Awal cinta
Pertemuan singkat mereka begitu membekas di pikirannya memberikan luka yang tak seberapa parah akan tetapi begitu sakit saat di ulangi kembali.
Jika di ingat-ingat lepas Dela membantunya hari itu di rumah sakit mereka tidak pernah bertemu dan saat bertemu Dela selalu tampak seperti biasa pada orang lain tapi, di matanya Dela tanpak menghindarinya.
Ia tidak menemukan sosok Dela yang pertama kali ia temukan tapi, mengapa ia harus memusingkan hal itu. Ia hanya guru sementara itu berarti, akan terjadi perpisahan yang pasti untuk apa ia bersedih akan perubahan sikap Dela terhadap dirinya.
Di halaman belakang rumah tampak Dela berdiri menatap nanar tong yang berisi api yang membara. Orang tuanya keluar untuk menikmati senja yang indah di bibir pantai sementara itu Dela memilih tinggal di rumah untuk memusnahkan semua kenangan atas nama Agam.
Satu persatu kertas terbakar berubah menjadi abu di dalam tong itu tak ada rasa sesal di wajahnya saat membakar semua lukisan akan Agam bukan hanya itu ia juga membakar album foto yang ia buat bersama Agam.
Dela menjadikan album itu sebagai penutup dan membiarkan album itu terbakar bersama kertas yang lain di telan oleh panasnya api yang membara.
Kini ia tak ingin berlari mengejar masa lalu yang bukan lagi miliknya meski, jantungnya tetap merasa sesak akan tetapi kembali lagi ke kenyataan dimana ia harus mengikhlaskan seseorang yang memiliki cinta lebih besar dari pada dirinya.
Di kehidupan lalu ia memang miliknya tapi, sekarang ia tidak bisa memaksakan takdir untuk mengikuti kemauannya. Apakah ini yang di namakan pasrah.
Dela juga tidak tahu, ia hanya mengikuti kata hatinya yang selaras dengan pemikirannya.
Malam ini sosok Ezra muncul di depan rumah Dela tampak asik bercengkrama dengan ayah Dela. Di mata kedua orangtuanya Ezra sosok pria yang baik dan selalu datang berkunjung ia bahkan amat akrab dengan adik-adik Dela.
"Del, apa. Sih yang kamu cari dari seorang pria? Jangan terlalu mencari yang sempurna, semua orang punya kekurangan dan kekurangan itu yang akan menyatukan kalian," nasehat ibu Dela yang tak melihat lampu hijau untuk Ezra di mata Dela.
"Dela pamit buk," di kecupnya punggung jari ibunya lalu berjalan masuk ke dalam mobil Ezra. Tak dihiraukannya perkataan ibunya sebelumnya.
Malam ini Ezra mengajak Dela untuk ikut dalam pemotretan awalnya Dela menolak karena tidak ingin membuat orang tuanya khawatir akan tetapi, di luar dugaan saat keluarganya pulang sosok Ezra muncul bersama mereka.
Ezra tahu jika Dela ingin sekali pergi merasakan angin malam karena itu ia mendekati keluarga Dela dan kebetulan ia dekat dengan Ayah Dela yang pernah menjadi penata bagrown untuk proses fotonya.
Ezra seorang model muda yang menghiasi majala ternama. Masa depan yang sudah jelas dan sikap yang begitu baik menggerakkan hati orang tua Dela untuk memberikan rasa percaya atas nama anaknya dia atas pundak seorang Ezra.
Orang tua Dela tak terlalu peduli meski, umur mereka berjauhan mengingat mereka juga memutuskan menikah meski umur yang terbilang cukup jauh.
Sayup demi sayup angin memainkan rambut Dela yang sebagian berada di dalam tudung Hoodienya. Di bawah tenda Dela melihat betapa profesionalnya seorang Ezra dalam bekerja, ia rela berdiri di tengah ombak bahkan berbaring di atas ilalang.
"Maaf lama," Ezra datang duduk di dekat Dela lalu sama-sama menatap hembusan ombak yang riuh menghantam karang.
"Kak," Dela dengan jeda cukup panjang membuat Ezra penasaran. "Kenapa kau begitu baik pada ku?" Ezra tak bergeming ia hanya tersenyum kemudian melangkah mendekati dinginnya air laut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan tinta TAMAT✓
General FictionCinta pertama telah meninggal dirinya Lika liku hidup yang penuh kejutan ujian silih berganti datang menjabat tangannya yang dingin di saat semakin tingginya panas global. Menemukan cinta setelah sekian lama berharap pada satu janji yang pada akhirn...