Part 7

16 8 0
                                    

My own

Ketika langkah kaki ini melewati pintu kayu yang berada di depan mata rasanya aku berada di dunia ku, aku bisa melihat hewan-hewan berkeliaran tanpa rasa takut bisa merasakan gemersik dedaunan yang menari mengikuti melodi angin.

Dimana aku bisa tersenyum serta tertawa tanpa takut suara ku akan menggangu orang lain, tempat ini ku namakan Blue side tempat yang berada sangat jauh dan tak tergapai oleh raga namun, tergapai oleh jiwa ku. Dunia yang dapat ku atur sedemikian rupa mengikuti kata hati, tempat melepas kerinduan serta menikmati belahan dunia yang selama ini hanya dapat terlihat dari layar internet.

Tak ada yang bisa menyentuhnya kau mungkin bisa merasakan kehadirannya akan tetapi, kau tak bisa menggapai serta melihatnya seperti angin yang berhembus.

Dering ponsel memecahkan lamunan Dela membawa jiwanya kembali menyatu ke dalam raga. "Halo?!" Dela menunggu balasan dari seberang.

"Ibu dengar ada pencurian di dekat rumah kita, apa benar?!"

"Ah, itu benar. Ibu tidak usah khawatir tidak ada korban lagi pula polisi sudah sampai di lokasi," ucap Dela menutupi kejadian yang sebenarnya.

"Baguslah, ingat jangan lupa kunci pintu jika kau menginap di rumah Alea, ibu akan pulang seminggu lagi, jaga rumah baik-baik."

Pembicaraan berakhir Dela menghembuskan napas lega untungnya gosip yang di dengar ibunya sudah di filter oleh mulut ibu-ibu kompleks sehingga membuat kejadian yang sebenarnya tak di ketahui banyak orang.

Kini di tatapnya sosok tinggi yang masih terbaring lemas di atas ranjang, keringat dingin memenuhi dahinya. Jauh dari sikap Deon yang menjengkelkan terdapat sebuah ketakutan yang pria ini pendam sendirian ketakutan yang coba Dela raih meski, pada akhirnya dia yang akan terbakar.

Senampan makanan di buat Dela di dapur Deon kemudian dia bawa ke kamar, menunggu pria itu terbangun dari tidur panjangnya saat terbangun Deon menatap sekeliling ruangan termasuk Dela yang berdiri di ambang pintu.

"Kau masih di sini?" Ucapnya duduk di pinggir kasur.

"Kak Anggun yang meminta ku, karena kau sudah sadar aku pergi dulu. Oh iya, urusan polisi sudah di urus kak Anggun," ucap Dela acuh lalu beranjak pergi meski, di dalam hati ia tak tega meninggalkan Deon sendirian.

"Menyebalkan," umpat Dela bergegas keluar dari rumah Deon.

Dela melakukan segala hal untuk menyibukkan diri, ia membersihkan seisi rumah dan berkeliling kompleks memberi makan kucing liar, tak lupa ia juga memasak meski, ia jarang melakukannya karena lebih muda untuk memesan makanan dari luar.

Sementara itu di tempat Deon terlihat pria itu sedang memakan makanan yang di buat Dela di ruang tengah menatap sekeliling ruangan yang rapih sama seperti semula.

"Kerja dia bagus juga," gumam Deon.

Derap langkah Alea terdengar berhenti di depan rumah Dela yang kosong, "kemana gadis itu?!" Gerutu Alea memilih menunggu di depan pintu.

"Ah, kau bukannya skaah satu murid 12 IPA?" Ucap Deon saat melihat Alea.

"Ah, iya pak. Ngomong-ngomong bapak tinggal di sekitar sini?!" Alea sambil melirik rumah yang berdiri kokoh di samping rumah Dela.

"Iya, saya ada urusan. Saya pergi dulu,yah!" Ucap Deon tanpa basa-basi.

"Aneh, sekali baru juga bicara sudah main pergi,ajah!" Gerutu Alea menatap sosok Deon yang mengenakan pakaian tebal di siang panas seperti ini.

Bosan menunggu Alea menelpon Dela terus menerus hingga akhirnya sosok gadis dengan penampilan aburadur muncul dari jendela lantai dua.

"Bisakah, kau berhenti menelpon ku? Suara gemetarnya membuat ku tidak bisa tidur," Dela sambil merenggangkan tubuhnya.

Goresan tinta TAMAT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang