part 16

15 10 0
                                    

Pagi ini tampak Yuna sedang menenangkan putranya merayunya untuk tetap bersekolah tapi, Jaehyun tak mendengarkan kata-katanya.

"Aku tidak mau, aku mau menemui kakak dulu!" Gerutu Jaehyun sambil menyentak kakinya.

"Oke, baiklah ayo kita pergi. Terserah kau saja tapi, ingat lepas itu kau harus berangkat sekolah, pak Kim akan mengantar mu mengerti?" Ucap Yuna menggandeng tangan putranya.

Lepas sampai di kamar Dela, Jaehyun berlari menyampari Dela yang tampak masih tertidur di atas ranjang.

"Kelihatannya dia masih tidur, kita berangkat ke sekolah, yah?!" Rayu Yuna.

"Tapi bu-".

"Apakah itu suara anak nakal yang kabur?" Ucap Dela melirik Jaehyun lalu tersenyum.

"Kakak," ucap Jaehyun berlari kalau memeluk Dela.

"Hati-hati kau tidak lihat tangan ku di gips?"

"Maaf, apa rasanya sakit?"

"Menurut mu? Tentu saja tapi, aku tidak cengeng seperti mu!" Ejek Dela membuat pipi Jaehyun mengembang.

"Aku tidak begitu."

"Benarkah?!"

Hampir lima belas menit mereka berdua berbicara mengacuhkan sosok Yuna yang juga berada di sana akan tetapi, Yuna tampak senang melihat interaksi Jaehyun yang ramah pada orang lain kecuali Ayahnya.

"Jaehyun, sudah waktunya!" Yuna mengingatkan.

"Sebentar lagi Bu," ucap Jaehyun tampak jengkel.

"Hei, kenapa wajah mu seperti itu saat berbicara pada ibu mu, hah?!" Dela memukul pundak Jaehyun lembut.

"Aku tidak mau pergi ke sekolah, aku ingin disini?!"

"Tapi, kau tidak boleh kasar dengan ibu mu. Kemarin kau sudah bolos sekarang tidak boleh, kau harus jadi anak rajin dan pintar seperti ibu mu. Kau harus ke sekolah untuk itu," gerutu Dela.

"Sekolah tidak menjamin seseorang sukses, contohnya Ayah. Dia selalu bolos saat SMA dan jarang masuk kelas saat kuliah tapi, lihat sekarang ia menjadi pemimpin perusahaan."

Yang dikatakan Jaehyun memang tidak salah mengingat Ezra selalu bolos kelas untuk kerja. Dela menahan rasa kesalnya akan sikap Jaehyun yang hampir mirip dengan ayahnya dulu.

"Situasi mu dan ayah mu berbeda jauh, ibarat tomat dan kentang. Satunya tumbuh sehat di atas tanah satunya berkembang di bawah tanah, apa kau mengerti?" Jaehyun dengan cepat menggeleng. "Pokoknya kau harus sekolah dan patuh akan perkataan ibu mu.

"Tidak mau."

"Kalau begitu aku tidak mau lagi berteman dengan mu," ucap Dela memalingkan wajahnya.

"Hah? Kenapa anak perempuan selalu bersikap seperti ini?!" Kejut Jaehyun tak terima. Namun tak di gubris oleh Dela yang membuatnya mengalah. "Baiklah aku akan melakukan apa yang kakak minta, asal saat pulang sekolah nanti aku ingin kita bertemu, ada banyak hal yang ku tanyakan," ucap Jaehyun lalu menggenggam jemari ibunya yang kemudian mengantar Jaehyun menemui pak Kim.

Goresan tinta TAMAT✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang