Sosok wanita tua menyambut kedatangan mereka berdua dengan senyuman yang merekah di akhir tuanya di atas kursi roda.
"Junghoon kau sudah pulang!" Sapanya yang memanggil Deon.
Deon melepas tangan Dela lalu berjalan memeluk ibunya yang tampak sangat senang melihat putranya.
"Ibu kenalkan, dia Dela!"
Dela membungkuk canggung. Ia tak menduga jika Deon akan membawanya kemari, sebuah rasa dejavu seketika hadir menyiksa batin Dela.
"Kau dan dia akan tinggal kan?! Kalian tidak akan meninggalkan ibu?"
"Iya, aku akan menggantikan posisi ayah sekarang," ucap Deon penuh cinta.
Deon meminta pelayan mengantar Dela istirahat di kamarnya sementara Deon pergi mengurus ibunya yang amat rindu padanya.
Hening, itulah yang Dela rasakan ia berjalan ke pojok dan meringkuk kedinginan disana. Apa yang terjadi padaku? Bukankah tadi aku baik-baik saja, mengapa tiba-tiba aku merasa begitu aneh. Sadar Dela, Deon tidak sama dengan Ezra.
Keheningan bersama rasa takut membawa Dela bertemu seorang wanita. "Kau yakin??" sosok wanita di dalam cermin. Menatap Dela sebagai tatapan pilu. "Apa yang akan kau lakukan jika ibu Deon membenci mu dan pada akhirnya Deon menjauhi mu sama seperti Ezra?!"
Dela berdiri menyingkirkan rasa takut di dekatinya cermin. "Itu tidak mungkin jika memang itu terjadi maka aku akan melepaskannya, mengapa aku takut dan harus tersakiti, bukankah hubungan kami hanya pura-pura?!" Jawab Dela dengan senyum keraguan. Tanpa sadar hatinya amat terluka mengatakan hal itu.
"Benarkah?!" Wanita itu tertawa riuh lalu menatap Dela dalam.
Wanita itu tiba-tiba menghilang dan hanya ada pantulan Dela di dalam cermin panjang. Di sekanya keringat dingin di dahi sebelum ekor matanya melihat Deon dengan tatapan sendu ke arahnya. Entah mengapa air mata Dela perlahan turun menangisi kepergian seseorang yang tampil di cermin.
Deon perlahan-lahan melangkah pergi dengan wajah penuh penyesalan lalu ia bersama orang-orang yang ia sayangi. Punggung itu menjauh lalu menghilang di balik kabut sama seperti Ezra.
"Hentikan!" Gertak Dela tertunduk ketakutan menahan air mata.
Ini semua hanya halusinasi ku dan benar itu hanya sebuah halusinasi yang menyakiti ku secara perlahan-lahan. Aku tidak boleh lemah, aku harus sadar dimana batasan ku.
Dela menghela napas panjang, di tatapnya cermin. Ia menguatkan dirinya sendiri sama seperti dahulu. Ia sudah biasa melakukannya dan kini ia bisa melewatinya dengan hanya menutup mata, menghapus segala kenangan yang baru saja di buat oleh otaknya.
Dering telepon membuat Dela tersadar akan dunia fana, tanpa pikir panjang ia langsung mengangkatnya dan suara seorang gadis tak asing masuk memenuhi indra pendengarannya.
"Apa kabar Del," Hanya dengan mendengar suaranya Dela tahu butuh waktu lama gadis itu berpikir sebelum menelponnya.
"Baik," jawab Dela semu.
"Ku dengar dari Ezra naskah mu tengah dalam proses syuting," ucapnya dengan hangat seolah-olah ia tak tahu apapun.
"Apa yang kau inginkan? Kau tahu aku telah mengetahui segalanya yang kau sembunyikan. Selamat,yah! Ku dengar kau akan segera memiliki keponakan lagi setelah Jaehyun!" Ucap Dela ria namun, bagi Tiara itu sebuah sindiran pedas.
"Del, kau tahu aku tidak berniat melakukan itu."
Pembelaan Tiara tiada artinya bagi Dela karena kalimat itu sudah pernah ia dengar, kalimat itu tak akan pernah bisa mengubah segalanya. "Tentu aku tahu, aku tidak sebodoh seperti yang kau pikirkan. Kau tidak usah khawatir aku tidak akan menggangu hubungan mereka, aku tidak seburuk yang kau pikirkan,kok!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan tinta TAMAT✓
Художественная прозаCinta pertama telah meninggal dirinya Lika liku hidup yang penuh kejutan ujian silih berganti datang menjabat tangannya yang dingin di saat semakin tingginya panas global. Menemukan cinta setelah sekian lama berharap pada satu janji yang pada akhirn...