Liburan sekolah
Matahari bersinar lebih indah dari biasanya hembusan angin juga terasa berbeda, terdapat dua kelas yaitu mengikuti liburan yaitu kelas 12 IPA dan IPS . Saat tiba di penginapan para murid di minta berbaris di lapangan dengan barang bawaan di samping masing-masing.
Udara yang mulai panas membuat beberapa murid mengeluh dan ingin bergegas masuk ke dalam kamar contohnya Laras, Alea, Nurul dan Tiara yang langsung berlari menuju kamar 202 yang berada di lantai dua setelah tahu jika mereka sekamar.
Sementara Dela berjalan dengan santai bersama Ririn, Eka, dan Lula menuju kamar 212 yang berada tepat di bawah kamar Laras. Sesampainya mereka di kamar Pak Reno dan siswa yang lain telah selesai mengatur barang-barangnya.
"Woah, anak-anak pintar semuanya satu kamar, yah?!" Pak Reno saat melihat wajah-wajah Ririn dan lainnya.
Eka tertawa kecil kemudian langsung masuk ke kamar di susul oleh siswi yang lain. Tak ada yang menarik di dalam kamar, semua murid sibuk dengan urusan masing-masing hingga langit senja di telan oleh kelamnya malam.
Semua murid di kumpulkan kembali di lapangan. Lantai yang bersih membuat semua murid duduk di lantai.
"Baiklah, anak-anak tidak seru rasanya jika kita tak bermain game, jadi bapak ingin kalian maju satu-satu dan ambil kertas di dalam kotak. Ingat jangan di buka sebelum bapak suruh," titah Pak Dimas membuat satu persatu murid maju ke depan dan mengambil satu gulungan kertas.
Saat gulungan kertas di buka kemungkinan akan muncul tiga nama yaitu; Kamomil, Krisan, Anyelir, Lavender dan Lily.
"Nah, sekarang silahkan bergabung dengan kelompok masing-masing, satu kelompok di isi lima orang ingat jangan kalian tukar, oke?!"
Aku mendapatkan bunga Anyelir tapi, dimana teman ku yang lain. Rasanya sangat aneh mendengar nama bunga ini setelah sekian tahun, bunga yang mengingatkan diri ku padanya bunga yang menjadi saksi bisu akan kehadirannya yang pernah ada."Kelihatannya kita setim," ucap Rio mengintip kertas Dela.
"Woah, senangnya kita setim!" Ucap Alea sambil menepuk pundak Dela sehingga membuat Dela meringis kesakitan.
Wajah kesal Dela membuat Alea seketika mengingat kejadian 11 hari yang lalu. "Aku minta maaf. Eh, apa Rafael satu kelompok dengan kita juga?" Ucap Alea menatap Rafael yang berdiri di dekat Rio.
"Tentu saja, kami kan best friend," ucap Rio sambil menaikkan alisnya.
Prreeettt....
Semua murid seketika diam saat mendengar suara peluit Pak Rama berkumandang akibat para murid yang berisik mencari kelompoknya.
"Kalian sudah dewasa kenapa masih ribut, sih? Kalian bukan anak TK yang harus di beri tahu, cukup satu perwakilan kelompok yang berteriak yang lain langsung ke sana, jangan kalian berteriak semua entar teman kalian yang lain bingung," gerutu pak Rama.
"Sekarang buat barisan yang rapih," ucap Pak Reno merapikan barisan.
Kini semua kelompok duduk secara vertikal sesuai barisan yang telah di tentukan.
Kematian, apakah kematian itu indah? Aku tak tahu bagaimana rasanya namun, aku selalu berpikir bahwa hidup ku sama dengan kematian. Kadang kala air mata terus mengalir bersembunyi dari semua orang, berada di dalam ruang hampa di tengah orang banyak. Tak ada yang peduli jika aku pergi, semuanya akan tetap sama tak peduli berapa kali aku mati di dunia yang fana di dalam kehidupan imajinasi dimana aku satu-satunya yang ada di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan tinta TAMAT✓
Narrativa generaleCinta pertama telah meninggal dirinya Lika liku hidup yang penuh kejutan ujian silih berganti datang menjabat tangannya yang dingin di saat semakin tingginya panas global. Menemukan cinta setelah sekian lama berharap pada satu janji yang pada akhirn...