Pacar
Tanpa banyak mempoles wajah Dela berjalan menyusuri koridor berjalan menuju rak buku mengambil beberapa buku kemudian memasukkannya ke dalam tas belanjaan lalu membayarnya.
Pagi ini ia sibuk karena mendapatkan tugas kelompok dari guru Fisika dimana ia di berikan sangsi karena tidur saat jam pelajaran berlangsung. Ia di minta untuk menyelesaikan tugas kelompok sendirian.
Benar-benar menyedihkan. Di tengah gerutunya Dela sibuk mengobrak abrik buku di kamarnya. Di tengah kesibukan itu suara ibu yang memintanya keluar membuat amarah Dela memuncak.
Dengan kesal ia berjalan menuju ruang tamu dan terkejut lepas menemukan sosok Ezra di akhir pekan.
"Loh, bukannya kakak ada jadwal?" Ucap Dela tanpa basa basi.
"Tidak, siapa yang bilang? Ku dengar kau sedang kesulitan dalam belajar apa mau ku bantu, aku pandai Fisika,loh!" Ucapnya menyombongkan diri.
Seketika Dela melirik ibunya yang bersembunyi balik gorden pintu dapur. Hanya ibunya yang bisa memberi tahukan kesibukannya kepada Ezra dan pantas saja wanita itu membersihkan lantai dua pagi ini, ia juga membuat beberapa kue untuk menjadi teman Dela belajar bersama Ezra.
Di atas lantai marmer depan kamar Dela, kertas bertebaran dengan alat tulis di mana-mana. Dela sengaja belajar di depan kamar ia tidak ingin orang-orang berpikir yang tidak-tidak jika ia dan Ezra berada dalam satu ruangan tertutup meski, itu yang ibu Dela inginkan.
"Loh, kenapa enggak belajar di dalam kamar?" Ibu Dela terkejut melihat calon menantunya duduk di lantai yang dingin.
"Sempit," alasan Dela asal sibuk dengan peralatan tulisnya.
"Cih, ibu mau keluar sebentar kamu jangan buat berantakan. Nak Ezra, ibu titip Dela dulu, yah!" Ucap Ibu Dela dengan nada bicara yang berbeda saat berbicara pada Dela ia agak sedikit kasar akan tetapi, saat berbicara kepada Ezra ia amat lembut dan membuat Dela terkekeh.
"Emangnya ibu pikir Kak Ezra itu panti asuhan?!" Gerutu Dela yang di sumpal kue okeh ibu Dela lalu beranjak pergi.
"Benar-benar mengesalkan!" Gerutu Dela yang membuat Ezra tersenyum.
Melihat tingkah Dela yang menurutnya lucu, wajah Dela memerah seolah-olah akan tumbuh tanduk di kepalanya.
"Mengapa hanya menatap ku? Katanya mau membantu?!" Tegur Dela.
"Ah, maaf."
Beberapa menit kemudian, mata Dela terasa penat menatap lembaran soal, yang membuat gadis itu mengambil bantal sofa dari ruang tamu kemudian memakainya untuk tidur. Sikap Dela terkadang memang aneh, ia bisa saja mengambil bantal di kamarnya akan tetapi, ia lebih memilih bantal sofa yang memberikan sensasi yang berbeda.
Wajah Dela yang tampak kusam akibat belum mandi karena buru-buru mengerjakan tugas. Di mata Ezra gadisnya tetap terlihat cantik meski, seburuk apapun wajahnya karena ia mencintai kesederhanaan yang Dela miliki.
Jemari Ezra mengelus rambut Dela menyelipkan rambut Dela ke belakang telinga agar ia bisa puas menatap wajah Dela terpejam dengan kaca mata yang masih melekat.
Semakin menatapnya terasa semakin candu. Dela menggeliat tak nyaman dengan posisi membungkuk tidur di atas meja kecil yang membuat Ezra berinisiatif mengambil bantal dari kamar Dela serta selimut.
Saat mengambil bantal ia melihat foto seseorang di balik meja belajar gadis itu, sebuah wajah yang tak terlalu tampak akibat gelapnya ruangan. Ezra tak peduli bisa saja itu adalah salah satu teman Dela mengingat ia memacari gadis tomboy.
![](https://img.wattpad.com/cover/245748505-288-k841600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan tinta TAMAT✓
Fiksi UmumCinta pertama telah meninggal dirinya Lika liku hidup yang penuh kejutan ujian silih berganti datang menjabat tangannya yang dingin di saat semakin tingginya panas global. Menemukan cinta setelah sekian lama berharap pada satu janji yang pada akhirn...