Monokrom
Indahnya kelap kelip lampu yang menghiasi sepanjang perjalanan mereka menuju sebuah meja di pinggir pantai.
"Kenapa kita jauh-jauh kemari?" Tanya Dela di sela langkahnya.
"Ada seseorang yang ingin melihat mu," ucap Ezra menunjuk meja yang di huni oleh kedua orangtuanya dan Tiara.
Langkah Dela seketika terhenti. "Ini?" Ezra tersenyum lalu mengandeng tangan Dela melangkah duduk di samping Tiara.
"Jadi benar kau dan kakak ku pacaran?" Ucap Tiara yang masih tak percaya.
"Ah, itu-"
"Kami baru jadian beberapa hari yang lalu, jadi apa sekarang kau sudah percaya?" Ezra melirik wajah Tiara yang tampak terkejut.
"Kalau tidak salah ini pertemuan kedua kita bukan, Nak Dela!" Ucap Ayah Ezra membuka pembicaraan.
"Bukannya ini yang pertama?" Dela berusaha mengingat wajah Ayah Ezra.
"Kalau ibu sih, udah ketiga kalinya. Pertemuan pertama saat tanya jalan, yang kedua saat ibu dan Ayah Ezra hadir sebagai wakil Tiara saat lomba antar sekolah," jelas ibu Ezra yang tak dapat Dela ingat kecuali pertemuan pertama mereka.
Saat mengingat pertemuan pertamanya wajah Dela memerah mengingat penampilannya dengan wajah kusut karena baru bangun, ia juga melirik Ezra sosok pria yang menjadi awal paginya hari itu.
"Del, ngomong-ngomong siapa ajah yang udah tahu kalau Lo, pacaran sama Abang gua?!"
"Ku rasa hanya dua keluarga," jawab Dela setelah berpikir beberapa menit.
"Jadi Alea belum tahu?"
"Belum," jawab Dela gundah.
"Sebentar lagi dia bakalan tahu, tuh orangnya udah datang," ucap Ezra menunjuk sosok gadis elegan yang berjalan mendekati meja.
Raut wajah Alea yang sumringah tiba-tiba berubah saat melihat sosok Dela di meja bundar itu. Beberapa saat yang lalu, Ezra mengundang Alea untuk makan malam bersama keluarganya di cafe ini tapi, ia tidak tahu jika sosok Dela juga akan hadir.
"Apa aku kelewatan sesuatu?" Tanya Alea duduk di samping Tiara membiarkan Tiara menjadi penegah antara ia dan Dela.
"Karena kamu sahabat Dela aku mau kasih sebuah kejutan," Ezra menatap manik mata Dela dalam lalu menggenggam jemarinya erat. "Sebenarnya aku dan Dela resmi pacaran," ucap Ezra dengan senyum sambil mengangkat tautan tangannya dan Dela.
Senyum di wajah orang tua Dela merekah bak bunga yang mekar menyambut musim semi. Begitu pula dengan Tiara yang bertepuk tangan ria. Tak ada yang tahu apa yang di rasakan Alea di balik senyumnya.
Rasa kecewa yang terdiam di bawah lautan terkunci rapat dibalik senyum yang merekah di pipi.
Hembusan angin memainkan rambut Dela dan Alea menatap indahnya warna laut langit malam.
"Maaf," Dela menghela napas. "Seharusnya aku mengatakannya pada lebih dahulu, rasanya aku seperti menghianati perkataan ku sendiri."
"Apa kau tahu ini bukan salah mu, aku senang melihat mu bisa menemukan bahu untuk bersandar. Aku benar-benar senang," ucap Dela menepis rasa sesal dan meraih senyuman di wajahnya sembari memeluk tubuh Dela menepis gemetar yang menguasainya.
Langit malam memberikan kisah rintihan air turun perlahan membasahi pipinya kedua kakinya terasa mati rasa di tatapnya foto dua gadis yang tersenyum kearahnya.
Apa kau benar-benar harus mengalah, saat ini aku merasa sedih dan bahagia di saat yang bersamaan. Rasanya amat menyakitkan. Aku tak ingin menepis senyuman di wajah Dela. Seharusnya aku bercermin dari awal menghalau ekspetasi yang membuat ku candu dan lupa akan perihnya realita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan tinta TAMAT✓
General FictionCinta pertama telah meninggal dirinya Lika liku hidup yang penuh kejutan ujian silih berganti datang menjabat tangannya yang dingin di saat semakin tingginya panas global. Menemukan cinta setelah sekian lama berharap pada satu janji yang pada akhirn...