5. Bimbang

155 24 4
                                    

Setelah percakapan kemarin bersama Felix, Seungmin sama sekali belum mengabarkan cowok itu apakah dirinya akan mengikuti kencan buta tersebut atau tidak sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah percakapan kemarin bersama Felix, Seungmin sama sekali belum mengabarkan cowok itu apakah dirinya akan mengikuti kencan buta tersebut atau tidak sama sekali. Rasanya begitu sulit untuk menerima ajakan Felix serta Hyunjin. Apalagi Yeji terlihat begitu sibuk dan lebih bahagia setelah berupaya untuk move on dari Yeonjun. Entahlah, dalam hatinya dia merasa bahwa akan ada kesempatan. Meskipun hanya ada satu kesempatan di dunia yang luas ini, Seungmin tidak peduli.

Hatinya tidak dapat untuk berpaling dari gadis Hwang itu. Selalu dan selalu pada Yeji dirinya jatuh hati. Tidak berubah.

"Hei, Seungmin!"

Panggilan Jisung dari arah taman Fakultas Teknik, membuat Seungmin menoleh cepat. Sebetulnya Seungmin baru selesai dalam mengantarkan hasil fotografinya—yaitu seorang Christoper Bang, seorang solois yang baru-baru ini semakin terkenal—untuk majalah kampus yang akan terbit satu minggu lagi. Christoper Bang atau akrab dipanggil Bang Chan itu adalah seorang alumni dari kampus Jeonga, tepatnya dari Jurusan Musik. Maka tidak heran ketika pria berumur 25 tahun memulai debutnya tahun lalu, dan sekarang dirinya merilis lagu berjudul I don't admit it yang langsung masuk tangga real time bahkan mendapatkan all kill dalam situ musik Korea, majalah kampus Jeonga langsung meminta tim mereka untuk dapat mewancarai Bang Chan.

Wawancara itu dilakukan sekitar satu minggu lalu, dan Seungmin baru saja selesai memberikan hasil fotonya yang sudah dipilih dari banyaknya foto yang dia ambil dari berbagai sisi seorang Bang Chan lalu diedit dan barulah diberikan pada tim majalah untuk segera dijadikan sampul untuk majalah Jeonga edisi bulan Mei.

"Muka lo kusut banget. Segitu sibuknya, kah, di klub majalah?" tanya Jisung, lalu mereka kembali berjalan ke arah kantin Fakultas Komunikasi. Di sana Hyunjin sudah menunggu bersama Felix.

Seungmin tersenyum tipis. "Perasaan gue baik-baik aja," tukasnya, sedikit menghindari tatapan Jisung yang kadang mudah sekali membaca apa yang sebenarnya Seungmin rasakan. "Lo sendiri gimana?"

"Apa?"

Cowok itu menggeleng. "Nggak jadi."

Jisung mendengus ketika Seungmin seperti manusia yang kehilangan semangat. Dia pun merangkul sahabatnya itu, tepat saat mereka memasuki kantin yang terlihat ramai pada pukul 1 siang di hari Rabu.

"Lo kenapa sih? Mikirin soal ajakan kencan buta, kan?"

Pria Kim itu membulatkan matanya. Ketika dia duduk dengan membawa nampan makanan yang hari ini berisi bulgogi dan tiga buah nugget serta kimchi, Hyunjin dan Felix langsung menyambut dua orang itu dengan riang.

"Hai, bro! Lama banget lo berdua ke sini doang."

Hyunjin meledek dua orang itu. Matanya melirik Seungmin yang masih terlihat syok—entah karena apa—kemudian dia menatap Jisung yang kini tengah menyendok nasi dengan bulgoginya. "Sung, tadi di kelas, lo nggak ketemu si Jeno?"

friend to loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang