11. Hati yang Terombang-ambing

87 20 1
                                    

Orang-orang bilang bahwa patah hati hanya soal waktu untuk menyembuhkannya. Sehingga Seungmin selalu berpikir, bahwa mungkin esok, lusa, atau tahun depan, patah hatinya akan sembuh sendiri dengan Yeji menyadari bahwa ada Kim Seungmin dan selalu Seungmin di sampingnya. Namun siang itu, dengan segala kemungkinan yang dikatakan Heejin dua hari lalu, beserta egonya yang tak dapat dikalahkan, Seungmin tahu bahwa Yeji memang tidak semudah itu untuk menyadari kehadiranya sebagai cowok. Bukan sekadar teman kampus yang selalu menemaninya dan rela meninggalkan teman kencannya demi gadis itu.

Langkah lelaki itu sedikit berat mendatangi ketiga perempuan yang kini tengah dirundung oleh amarah, terutama pada gadis bermata tajam yang memasang raut wajah tak acuh sembari bersidekap menghadap ke arah lain. Pria Kim itu mengela napas, menyapa Lia dan Ryujin sebagai awalnya sebelum melirik gadis Hwang yang seakan-akan tak memerdulikan keberadaan Seungmin saat ini.

"Lo emang nggak pernah belajar dari kesalahan, ya, Ji?" Seungmin bersuara, menatap sosok gadis yang tidak mau menatapnya. "Lo yang bilang mau move on, pakai segala cerita sana sini, bahkan semalam bodohnya gue nemenin lo—"

"Salah lo, kan? It's your fault, Kim Seungmin. Lo udah punya pasangan kencan, kenapa malah temenin gue?" balasan Yeji yang sinis seakan semakin membuka ruam di dada Seungmin. Gadis itu akhirnya menoleh, menatap sosok laki-laki yang memasang raut wajah marahnya dengan rahang yang mengeras dan tatapan lurus ke depan. Entah mengapa, gadis itu merasa semakin tidak yakin akan keputusannya menerima ajakan Yeonjun.

Namun dia harus, dia hanya ... tidak ingin kalah dari Seungmin. Pasti hanya itu. Meskipun jantungnya berdegup aneh pun, Yeji berpikir bahwa ini hanya perasaan sederhana antara dua orang sahabat yang sedang bersiteru. Jantung yang berdebar kemungkinan karena dia merasa takut Seungmin akan marah padanya. Tetapi rasa takut akan Seungmin yang marah membuatnya tak berani untuk membayangkan kehidupan kampusnya tanpa Kim Seungmin.

Sedangkan lelaki yang kini mulai melemaskan bahunya pun terdiam, meresapi kalimat Yeji yang seakan-akan menyatakan bahwa dari awal Seungmin sudah salah. Apa mungkin mencintai Yeji juga merupakan kesalahan? Jika memang iya, seharusnya hari itu Seungmin tidak perlu menjadi dekat dengan perempuan itu.

"Iya, ya. Kenapa gue kemarin harus menemani lo disaat ada Heejin, pasangan kencan buta gue yang menunggu di kafe selama 2 jam. Okay, I'll let you go with him cause it's not my buisness, right?" tangan lelaki itu mengambil satu tangan Heejin, menggenggamnya dengan secara jelas menunjukkannya pada Yeji yang sekarang tampak shock sebelum menyembunyikan raut wajah kagetnya yang sempat terlihat oleh Seungmin. "Good luck. Gue pergi dulu sama Heejin," dengan tidak lagi melirik gadis itu, Seungmin membuka pintu restoran dan tak peduli meskipun Yeji mungkin sekarang sedang merasa bersalah atau apa.

Tapi, sejak kapan Yeji merasa bersalah? Dari dulu memang Yeji tidak pernah benar-benar konsisten dalam perbuatannya. Dia hanya bisa mengungkapkannya lewat mulut, lantas melupakannya begitu saja seakan-akan segala bantuan Seungmin atas permintaannya untuk move on hanyalah angin malam yang berlalu.

Cowok itu mulai lelah terhadap perasaannya sendiri.

Di lain sisi, semenjak keluarnya dua orang itu dari restoran. Hwang Yeji seakan kehilangan nafsu makan. Dia ingin berdiri, meminta maaf, tapi setelah itu pikirannya melayang pada hari-hari beratnya dengan Seungmin yang selalu sabar dan mengikutinya meskipun cowok itu tahu bahwa Yeji hanyalah gadis tolol yang dibutakan oleh cinta tidak terbalasnya.

Sejak dulu, Yeji telah menyusahkan Seungmin and she know it.

***

12 Juni, 2019

friend to loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang