9. Gadis yang Membuatnya Tidak Tenang

99 20 6
                                    

Di tengah keramaian konser dari band indie kampus A, Seungmin mengitari sekitaran penonton yang menikmati tiap nada dan lagu yang dinyanyikan oleh band di depan sana. Hanya bermodal ponsel yang terus menyambungkan telepon dengan sosok gadis yang mungkin sudah berdiri di tengah kerumunan penonton, lelaki Kim itu kali ini menyerah dan memilih melipir ke areal tenda yang menjual berbagai minuman serta odeng. Dia duduk di salah satu sisi kursi kayu yang kosong, menatap kerumunan penonton yang sedikit lebih kalem ketika lagu yang dinyanyikan mulai bernada santai.

Seungmin masih mencoba menelepon Heejin, hingga pada deringan ketiga dari 4 kali percobaan telepon, gadis itu mengangkat telepon dari Seungmin dan menyapa cowok itu dengan nada yang begitu keras bersamaan suara penonton yang berteriak.

"HALOOO? WAEEE?!"

Seungmin berdiri dari posisinya lantas melambai ke arah tumpukan penonton yang semakin ramai. "LO BISA KELUAR DULU, GAK? GUE DI TENDA MINUMAN!"

"HAH?!"

"GUE DI TENDA MINUMAN! KELUAR, BISA?" cowok itu masih melihat-lihat ke arah penonton yang semakin menumpuk dan band indie di depan sana sudah berganti dengan solois perempuan yang Seungmin yakini merupakan mahasiswa dari kampus ini.

Tak ada jawaban dari Heejin, tetapi sambungan telepon mereka belum terputus dan Seungmin masih mencoba memberikan sinyal keberadaannya dengan lambaian tangan. Berharap gadis itu menemukannya, sampai sepasang netra kecokelatan dengan rambut berwarna senada yang bergelombang dan tergerai hingga punggung itu berlari kecil mendatanginya. Heejin di sana, dengan balutan dress putih selutut dan sepatu Adidas putih dan sling bag hitam yang dia peluk.

Seungmin semakin merasa tidak enak saat melihat bagaimana rambut perempuan itu yang mungkin sebelumnya sudah ditata rapih, kini hanya tergerai dengan sisa beberapa jepit rambut disisi rambut kirinya. Pasti gadis itu telah memimpikan datang ke konser musik malam ini bersama pasangan kencan butanya, yang sayangnya tetap kekeuh memilih pergi bersama target mereka dari hubungan palsu ini.

"Urusan lo udah selesai?" Heejin masih dapat bertanya tanpa ada sedikit pun raut wajah kesal terlihat. Harusnya gadis itu tidak perlu repot membantu Seungmin, apalagi lelaki keras kepala itu masih belum bisa menolak permintaan Yeji demi menyadari gadis Hwang itu bahwa Kim Seungmin sangat menyukainya sampai akhirnya lelah akibat tidak ternotice.

Seungmin tersenyum tanggung, jarinya bergerak membenarkan beberapa helai rambut Heejin seraya menjawab. "Udah," cowok itu mengela napas pelan. "Mian, gue udah ngacauin janjian kita malam ini."

"Gwenchana, I'm really fine, Seungmin. Lagian urusan lo juga pasti penting, kan?" gadis itu langsung duduk di kursi kayu yang sebelumnya tempat Seungmin menunggu Heejin.

Sedang si lelaki Kim itu mengalihkan pandangan sembari mengusap tengkuknya dan menjawab. "Iya, urusan gue tadi.., adalah Yeji."

Mendengar nama temannya, Heejin menghentikan gerakan tangannya dalam mengambil uang di sling bag dengan bibir terkatup. Gadis itu terkekeh pelan, sedikit marah tapi dia sangat tahu bagaimana rasanya menyukai seseorang. Kita akan melakukan apa pun demi orang itu, tak peduli seberapa banyak kita tersakiti. Karena sejatinya, cinta itu membuat seseorang buta.

"Gwenchana, gwenchana," Heejin lagi-lagi membalas dengan nada santainya, berharap lelaki Kim itu dapat lebih tenang. Mereka bisa membicarakan hal lain demi kelanjutan hubungan mereka untuk menyadarkan Yeji, bahwa kehadiran Kim Seungmin begitu penting dalam hidupnya. Terkadang, gadis itu merasa iri melihat bagaimana Seungmin yang mencintai Yeji begitu tulus dan rela melakukan apa pun demi gadis Hwang itu.

friend to loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang