4. Semangat move on, Yeji!

160 27 2
                                    

Terkadang ada hari dimana kita sudah tidak sanggup lagi untuk menahan segala rasa sakit hingga akhirnya kita menutup semuanya dengan bersikap baik-baik saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang ada hari dimana kita sudah tidak sanggup lagi untuk menahan segala rasa sakit hingga akhirnya kita menutup semuanya dengan bersikap baik-baik saja. Kita sudah begitu lelah untuk mengalami patah hati yang tidak memiliki akhir, lalu akhirnya kita disadari bahwa patah hati yang membawa luka itu akhirnya sudah tidak lagi dapat kita rasakan. Begitu pula dengan Yeji yang selama libur kuliah hanya berdiam diri di rumah neneknya di Daegu, kadang membantu nenek mengurusi tanaman tomatnya, lalu pulang ketika petang dan menikmati sup hangat yang dibuat Ibunya. Sepanjang liburan itu, gadis Hwang tersebut sedikit sadar bahwa sampai sini saja patah hati yang selalu menghantuinya. Sudah waktunya gadis itu berhenti menangis, karena sosok yang dia suka sampai kapan pun tidak akan pernah meliriknya.

Di pagi hari ketika Senin menyambutnya untuk memulai kuliah kembali, gadis itu seperti biasanya menunggu bus datang di halte tempat biasanya dia naik. Saat bus tujuannya datang, Yeji segera mengikuti para calon penumpang lain untuk masuk ke dalam bus yang cukup padat di pagi hari sampai matanya bertabrakan dengan mata seseorang yang sudah dia kenali sejak masih kecil.

Siapa lagi jika Hwang Hyunjin yang tumben sekali datang ke kampus menggunakan bus, bukan mobil hitamnya yang sangat mentereng sampai membuat mata Yeji sakit. "Tumben lo. Sakit?" tanya gadis itu asal.

Hyunjin yang mendapat pertanyaan tersebut pun mendengus. "Lo pikir aja, Ji. Yakali orang sakit malah masuk kuliah."

"Ya, orang sakitnya itu kan elo. Jadi bisa aja, kan?" balas Yeji dengan mudahnya. Gadis itu berpegangan sembari matanya menatap tiap sisi jalan yang mulai tertinggal satu persatu. "Lo lagian tumben banget, Jin. Biasanya kan dateng sama cewek lo," gadis itu melirik sepupunya yang sejak tadi tidak mendengarkan. Cowok tinggi dengan bibir tebal itu tersentak ketika Yeji menyenggol bahunya, kemudian dia menatap ke arah pandangan Yeji.

"Geez, ternyata emang karena Ryujin."

"Apaan?!" tanya Hyunjin dengan nada sedikit keras, wajahnya sudah semerah tomat yang dua hari lalu Yeji petik dari perkebunan neneknya.

Yeji tersenyum tipis. "Lo lagi marahan sama Ryujin, kan?" gadis itu kembali meledeknya.

Hyunjin lagi-lagi menahan rasa malunya, sebelum cowok itu menjawab. "Nggak ya, Ji. Udah dong jangan ledekin gue mulu. Sama aja lo kayak Seungmin, jodoh banget!"

"Apaan yang jodoh?"

"Lo sama Kim Seungmin," Hyunjin tersenyum culas.

Bus pun berhenti tepat di halte kampus mereka, lalu Yeji segera turun mengikuti Hyunjin yang sudah keluar dari bus lebih dulu. Gadis itu menarik tali tas selempang milik Hyunjin, lantas cowok itu menghentikan langkahnya lalu menoleh. "Apa lagi?!"

Yeji nyengir. "Gue sama Seungmin bukan jodoh, ya!" cecarnya lalu segera berjalan cepat. Meninggalkan sungutan Hyunjin yang tidak jelas. Tawanya sedikit pecah ketika membayangkan Hyunjin yang mulai mengejar seorang gadis, bahkan gadis itu merupakan gadis yang cukup sulit didekati dari fakultas Ilkom. Yeji tahu tentang itu karena Heejin gemar sekali membicarakan hal-hal menarik di fakultas hingga kampus tempatnya menimba ilmu. Tidak heran kalau Yeji cukup tahu gosip up to date di kalangan mahasiswa Jeonga, lebih dari pengetahuan Seungmin si mahasiswa klub majalah kampus.

friend to loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang