22. Hari yang Mengejutkan

93 20 10
                                    

Kembali dengan pagi dimana cahaya yang masuk menelusup melalui celah hordeng yang terbuka, masuk ke dalam ruang kamar yang luas dimana dua orang manusia masih tertidur di atas kasur bersama selimut melapisi keduanya, beserta raut wajah yang tampak damai. Tak peduli bila di luar sana sedang sibuknya burung yang bernyanyi, atau mentari yang mulai naik mengikuti gerakan jarum jam, apalagi suara klakson kendaraan yang sibuk di pukul 7 pagi. Di antara keduanya, salah satunya terbangun. Rambut oranye yang mulai pudar itu berantakan, dengan wajah bantal dan bola mata yang memicing. Beradaptasi dengan cahaya sinar matahari yang menelusup, lantas bola mata yang menukik tajam itu terbuka lebar untuk memastikan bahwa sekarang dia tidak ada di kamarnya. Dia berada di ruangan yang tidak juga asing, tapi termasuk aneh. Perempuan itu menoleh, menemukan wajah pria Kim itu masih damai dengan rambut hitamnya yang tampak berantakan. Memberikan kesan polos tapi juga manis.

Seluruh wajahnya memerah, mengingat lagi kejadian semalam, di dalam mobil, sebelum keduanya tertawa dan mereka keluar menikmati malam kota Seoul yang dingin. Tertawa di kursi yang ada di puncak bukit yang mereka daki, menikmati dua kaleng bir sembari menceritakan kenangan masa lalu. Kenangan-kenangan yang mengingatkan mereka betapa serunya hubungan keduanya sebelum diperumit oleh perasaan masing-masing—atau lebih jelasnya karena Yeji tidak lebih dulu menyadari perasaan pria itu. Mereka pulang, tapi Seungmin tidak mengantarnya ke rumah. Lelaki itu membawanya ke apartemen miliknya, mengajaknya menonton di atas kasur demi memberi ruang pada gadis Hwang itu untuk melupakan kejadian saat siang, lantas keduanya tertidur sembari saling memeluk. Memberikan rasa nyaman satu sama lain hingga tidak sadar kalau sekarang sudah pukul setengah 8 pagi dan mereka harus ke kampus di pukul 10 pagi.

Yeji hendak turun namun tampaknya Seungmin sudah bangun sejak tadi, kembali menarik gadis itu seraya bergumam.

"Jangan pergi," racaunya, masih setengah mengantuk dan sedikit efek bir semalam sewaktu mereka menonton serial drama yang sedang terkenal bulan itu.

Gadis Hwang itu terkekeh. "Cuma mau masak, Seungmin. Kamu mabuk," perempuan itu mendorong wajah Seungmin yang berusaha mendekat, berniat mencium gadis itu. "Aku mau sikat gigi, cuci muka, terus bikin sarapan. Kamu mandi gih," ia kembali berusaha berdiri, tapi cowok itu malah memeluk pinggangnya erat sembari berusaha duduk.

Dengan manja, Seungmin menenggelamkan wajahnya di lekuk leher gadis itu yang terbuka. Menghirupnya dalam-dalam lantas berkata. "Ini ... nyata?"

Yeji lagi-lagi tertawa. "Udah ah, mandi! Bau," perempuan itu kali ini betulan berdiri, baru sadar bahwa piyamanya telah berganti dengan kaus abu-abu kebesaran dengan celana panjang yang sedikit kepanjangan. Gadis itu menoleh cepat pada Seungmin yang tengah meregangkan tubuhnya dengan mata yang masih menyipit, ngantuk. "Kok aku ganti baju, ya?"

Pria itu mendongak, tertawa kecil. "Semalem kamu cantik."

Bola mata gadis itu melebar. "Kita ...?"

Puas menggoda perempuan itu, Seungmin tertawa. "Nggak, lah. Kamu numpahin jus, jadi ganti baju deh."

"Hish, Kim Seungmin!"

Ia berjalan keluar dari kamar dengan perasaan jengkel, mendekati kamar mandi di dalam kamar tamu yang kosong. Lantas segera bersih-bersih, menyikat gigi, cuci muka, lalu keluar dengan badan segar untuk menyiapkan sarapan mereka. Dia tidak punya pakaian kuliah, dan dengan setengah malu mengirimkan pesan pada Hyunjin untuk membawakannya kemeja beserta jeans, tidak lupa totebag berisi binder untuk kuliahnya. Tidak peduli balasan cowok itu yang tengah menggodanya.

Hwang Hyunjin

Kalian baru hari pertama udah liar sialan!

friend to loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang