17. Lebih Baik Memilih yang Terlihat

81 19 1
                                    

Hal pertama yang Seungmin sadari sewaktu bangun adalah, kamarnya sudah terang dengan tirai jendela terbuka, menampilkan langit cerah kota Seoul di pukul 8 pagi. Cowok itu mengusap kepalanya, melirik ke samping untuk mengambil ponsel yang tergeletak namun sayangnya ponsel itu mati. Lantas Seungmin memasang charger, berdiri dan berjalan keluar kamar untuk mendatangi suara berisik dari dapur. Apa mungkin Ibunya kembali datang? Tapi mana mungkin! Wanita itu terlalu sibuk untuk menemui Seungmin dua kali dalam sebulan. Kemarin saja bagi pria Kim itu terlalu langka ketika melihat keberadaan Ibu di dapur apartemennya.

Tubuh cowok itu terdiam, menatap punggung seorang gadis yang tidak asing baginya, dengan rambut lurusnya dikuncir kuda dan tangan yang sibuk memotong bawang Bombay sebelum dimasukkan ke dalam mangkuk sup yang tengah meletup-letup. Ketika perempuan itu menoleh, Seungmin tersenyum kaku. Mendatangi Heejin yang segera melepas apron yang dia pakai, mendatangi cowok itu untuk memeriksa dahinya.

"Lo semalem demam," kata gadis itu, lantas tersenyum. "Syukur deh, abis minum obat terus dikompres bentar. Tubuh lo mendingan," tambahnya, seakan-akan merawat Seungmin yang tiba-tiba jatuh sakit sewaktu dia menemukannya di klub yang ramai adalah hal aneh.

Cowok itu mengangguk singkat. "Lo yang semalem jemput gue?" ia menebak, karena seingatnya sebelum cowok itu jatuh pingsan, hal terakhir yang ia dengar adalah suara Yeji. Tetapi mengapa yang ada di depannya adalah Jeon Heejin? Lelaki itu menggeleng pelan, merasa heran sendiri.

Heejin tampak mengangguk yakin. "Iyalah Kim Seungmin, lo kan pacar gue!" ucapnya, sebelum cewek itu diam sebentar. Suara gadis itu yang pelan dan tersirat kecewa membuat Seungmin mengikuti arah gerak Heejin yang kembali pada sup yang sedang dia buat. Sundubu jjigae, tampaknya, karena cowok itu dapat melihat beberapa tahu yang menyembul, begitu pula telur dimana kuningnya masih setengah matang, beserta kuahnya yang kemerahan.

Gadis itu meletakkan mangkuk sedang tersebut di atas meja pantry, mendongak sekilas. "Sini, lo kan abis mabuk semalam," ajaknya, kembali ke arah rice cooker untuk mengeluarkan nasi yang telah masak. Gadis itu mengambil dua centong nasi ke dalam mangkuk kecil untuk nasi, sebelum menaruhnya di depan Seungmin yang sudah duduk.

Ia mengambil beberapa sendok sundubu jjigae yang dia buat, meletakkan di mangkuk kecil lain lalu diletakkan di samping mangkuk nasi Seungmin. "Nah, semoga masakan gue pas di lidah lo," ucap gadis itu, menarik kursi pantry di hadapan Seungmin seraya memerhatikan lelaki itu mulai menyuapkan kuah dari sup buatannya, menyesapnya perlahan sebelum tersenyum kecil.

"Lumayan."

"Yes," seru Heejin, menopang dagunya seraya berbicara. "Habisin, ya. Gue mau ambil nasi buat gue juga," gadis itu berdiri dan meninggalkan Seungmin yang langsung terdiam. Memerhatikan Heejin dari belakang sembari mengingat-ingat potongan kejadian semalam, saat gadis itu menjemputnya dan membawanya sampai di apartemen.

"Yejiii, ayo minum!" racauan Seungmin dengan mata masih menutup seakan-akan tidak mampu membuat Heejin tertawa kecil.

Gadis itu mencubit pipi pria Kim tersebut, lantas meletakkannya dengan hati-hati di atas kasur. Ia memegang dahi Seungmin, mengela napas pelan. "Lo demam, Seungmin. Minum obat terus istirahat!"

"Noooo, ayo minum Hwang Yeji! Kita udah sering ngelakuin ini kalau lagi stress, kan?!"

Heejin menghentikan gerakan tangannya dalam melepaskan kaus kaki pria itu, menatap Seungmin dengan pandangan nanar. "Nggak, malam ini lo harus istirahat."

"Kalau gitu, lo tidur sama gue! Gue mau sama lo! Lo mungkin gak tau, tapi gue sayang banget sama lo, Yeji! Kenapa sih, lo nggak bisa melihat gue sebagai laki-laki kayak cowok brengsek itu?!"

friend to loverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang