anak bawang

6.3K 1K 316
                                    

"loh pak? ini bukan arah ke tempat meeting kita."

perempuan muda dengan pakaian formal itu mengernyit menatap ke luar jendela. menyadari bahwa arah jalan yang diambil bosnya bukan arah jalan yang seharusnya mereka ambil.

"saya ada urusan bentar, nggak nyampe 15 menit," jawab hyunjin sembari tetap fokus menyetir.

alis sekertaris hyunjin itu menukik dengan gestur menuduh. "jadi ini alasan kenapa bapak nggak mau pake supir," gumannya.

"you better quite, shin. it won't be long." (diem aja deh, shin. nggak bakal lama)

hyunjin menghentikan alphard-nya di depan sebuah toko kue mungil yang sudah akrab dengannya belakang ini.

shin ryujin, si sekertaris, mengerutkan dahi bingung. "laper pak? mau lunch pake cupcake? atau mau beli buah tangan buat pak anderson—"

lirikan tajam sang atasan mampu mengatupkan bibir ryujin seketika. "baik, pak. baik, saya diam."

"tunggu di sini," ujar pria itu sebelum keluar dari mobil.

hyunjin juga tidak mengerti kenapa dia ke tempat ini.

sebenarnya untuk ... untuk apa, ya? kangen?—BUKAN! bukan, bukan. dia hanya ingin bertanya ... apa jeongin sudah makan siang. iya, itu.

kepala hyunjin mengangguk sembari tersenyum puas.

lalu, apa gunanya ponsel bapak ceo yang terhormat?

...

oke, dia hanya ingin bertemu jeongin. puas?

dengan senyuman terkembang bagai remaja kasmaran, hyunjin membuka pintu kaca kafe itu diiringi suara gemerincing bel.

namun senyum itu membeku di wajahnya saat melihat seorang pemuda tinggi tengah berdiri di depan meja kasir dan mengobrol dengan jeongin. menilik dari keakraban mereka, pemuda itu jelas bukan pelanggan biasa. oh ya, dia haruto si artis.

sialan, situasi ini lagi.

hyunjin menghela nafas pendek. sepertinya dia datang di saat yang salah.

"hyunjin?" jeongin yang sudah menyadari kehadirannya segera menyapanya lebih dulu. karena hyunjin sendiri hanya berdiri mematung dan tampak ragu harus berbuat apa.

duh, kok jeongin dengan seragam juru masak begitu jadi keliatan tambah seksi, ya? terlebih kejadian beberapa hari lalu di dapur rumah sang chef melintas di benaknya tanpa permisi.

hyunjin mengumpat dalam hati seraya membersihkan kepalanya. come on, man! ini masih siang. dia berdehem lalu menghampiri meja kasir dengan senyuman tipis. ayo jin, pasang tampang biasa aja. jangan sampai keliatan mesum.

"hai?"

jeongin mengangguk sopan. "mau beli kue?"

"ng—enggak sih. cuma mau mampir, karena ada kerjaan yang searah ke sini."

pemuda tinggi di samping hyunjin, haruto, mendengus tertahan, tapi memilih untuk tidak berkomentar.

"oh, oke." jeongin mangut-mangut paham sembari mengulum bibir menahan senyum. "terus?"

kangen. "... udah makan siang?"

"udah."

"... oke." 

hyunjin melirik haruto yang sedang menunggu tidak sabaran lalu pada keadaan kafe yang lumayan ramai. "k-kalo gitu aku duluan deh, kayaknya kamu sibuk."

jeongin mengerjap. sejenak tampak ragu, namun saat melihat akan hyunjin berbalik pergi, pemuda manis itu segera membuang gengsi dan ragunya. "tunggu."

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang