extra chapter 3

8.1K 927 302
                                    

"jadi mereka tiga bersaudara, bapaknya hyunjin yang kebagian perusahaan yang hotel dan properti, bapaknya yeji yang kebagian ngelola rumah sakit, dan ibuku yang nikah sama pengusaha asal suroboyo. terus punya anak lanang siji sing guanteng dhewe sak indonesia; which is me hehehe." pria itu terkekeh usil, lalu memasang wajah serius kembali.

"nah, eyang kan dua-duanya udah nggak ada. papanya hyunjin juga meninggal sejak dia masih sma. jadi otomatis, pemegang kasta tertinggi di rumah utama kalo lagi pada ngumpul ngene yo ibuk mertuamu."

jeongin mengangguk paham saat mendengarkan pria itu menjelaskan silsilah keluarga suaminya dengan logat jawa yang kental diselingi bahasa inggris, selayaknya kebanyakan crazy rich surabayan yang menghabiskan masa sekolah di internasional school.

jari pria itu kembali menunjuk lukisan potret keluarga hwang, yang terdiri dari orang tua, dua putra, dan seorang bungsu putri. jeongin menyadari bahwa ayah mertuanya memiliki kemiripan luar bisa dengan hyunjin.

"eyang uti itu strict banget. dulu beliau murka pas tau hyunjin mak bedunduk nduwe bayi. yo iyo lah, rek! sopo sing ra kaget? let me tell you, it was a bad day for hyunjin. but at last, she accepted el anyway. gimana pun juga, el itu seorang hwang dan cicit beliau. dan kamu jangan khawatir, pada akhirnya mereka jadi deket banget malah. pas eyang meninggal dua tahun lalu el sampe nggak mau dibawa balik ke jakarta."

jeongin lagi-lagi mengangguk. sedikit merasa bersalah dengan semua kesulitan yang dia berikan pada hyunjin karena keputusannya dulu.

"sepurane aku nggak dateng ke nikahanmu kemaren, yo. soalnya lagi masalah yang agak serius di kantor singapur. hehe kakean buacot yo aku?" pria itu tersenyum bersalah namun juga begitu bersahabat. "nah, intine, welcome to our family. dibetah-betahke nduwe bojo koyok hyunjin."

jeongin tertawa kecil. "makasih, mas jeno. juga buat tour guide-nya di rumah ini. luas banget. bisa-bisa aku kesasar kalo nggak dikasih tau mas jeno dulu."

"ih, gemes." jeno mengusak kepala jeongin pelan. "anytime, lah! apapun buat adek ipar lucuku ini."

tiba-tiba, seorang manusia lagi menyambar obrolan mereka seraya menarik jeongin ke sisinya dengan protektif. "weitss, ngapain neh? gemes-gemesan segala? heh, cuk, gemes ke istri sendiri sana! ojok nyempil-nyempil bojoku kon!"

jeno memutar bola mata malas. "buat apa, sih jin? my nana is the cutest in the whole world."

"halah, cedek ambek na jaemin jalur perjodohan-gue-yang-gagal aja bangga."

"opo-o? are you jealous of me?"

"i have better one for me." hyunjin merangkul jeongin dengan senyuman bangga.

jeongin tersenyum sungkan pada jeno. "maaf ya, mas jeno. hyunjin emang suka kayak anak kecil."

radar hyunjin langsung menyala merah tanda bahaya. 'mas jeno'?!

"santai, je. udah khatam aku sama sifat cecunguk ini. anyway, anak-anak mana sih? sepi amat nih rumah angker."

yang dia maksud anak-anak adalah dua putri yeji, rafael, dan satu putra jaemin dan jeno yang berusia 5 tahun.

hyunjin menyeringai balas dendam. "oh, mereka diajak jaemin jajan gelato di kedai punya mantannya. sekalian nostalgia, dia bilang."

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang