"jangan terburu-buru, hyunjin"

7.5K 1.2K 517
                                    

warning! ada adegan 'pdkt' yang—yah, begitulah....

***

"kamu diapain sama papa?" tanya jeongin begitu hyunjin menyusulnya ke dapur lalu berdiri bersebelahan dengannya di meja pantry.

"dibaik-baikin."

jemari halus jeongin menyusuri rahang hyunjin yang memar, lalu berdecak pelan. "maaf soal ini. papa sebenarnya baik, cuma dia agak ... protektif."

"ngerti kok. lagian ini biasa buat cowok, je. santai."

jeongin mengerjapkan mata. "oh iya, kamu ngapain di sini?"

hyunjin menyambar sebuah kentang gemuk dan peeler, lalu mengedikan bahu cuek. "bantuin kamu."

"oke." jeongin melanjutkan aktivitas memotong wortelnya.

"by the way," kata hyunjin seraya tetap mengupas kentang dengan gerakan canggung. "kamu mau dipanggil apa kalo el udah tau kamu ibunya?"

"mama aja. biar kedepannya el nggak bingung," jawab jeongin.

"apa maksudnya 'biar nggak bingung'?"

"jadi nanti dia bisa manggil pasangan kamu bunda, terus bisa manggil pasangan aku papa."

hyunjin menghentikan gerakan mengupasnya. lalu menatap tajam ke arah yang lebih muda.

tiba-tiba bayangan el memanggil haruto dengan sebutan 'papa' melintas di benaknya. hyunjin bergidik. sampai kiamat pun dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

"oke. kalo gitu dia bakal manggil kamu bunda."

perlu waktu beberapa saat bagi jeongin untuk memahami perkataan hyunjin. lalu gerakan pemuda manis itu  membeku.

"apa maksud kamu?" tanyanya sembari memaksakan tawa kecil.

"isn't it too obvious?" hyunjin menghela nafas frustasi. oke, sekalian saja dia confess ala kadarnya sekarang. pria itu kini menoleh menatap jeongin. sepenuhnya memberi atensinya pada yang lebih muda.

"aku kira semua perlakuanku selama ini udah nunjukin dengan jelas kalau aku ...," ia mengambil jeda dan menarik napas panjang. "aku suka sama kamu. come on, je. itu kayak ada banner di jidat aku yang ditulis pake huruf kapital 'aku suka jeongin'. no, sebenernya 'suka' itu terlalu abege dan kekanak-kanakan. aku jatuh cinta s—"

ucapannya terputus saat jari telunjuk jeongin yang beraroma blue band menempel di bibir hyunjin.

"don't say it," jeongin menggeleng pelan sembari tersenyum tipis.

hati hyunjin mencelos. apa dia sudah kalah? apa haruto sudah resmi memiliki hati pemuda manis ini?

"jangan terburu-buru bilang cinta." jeongin melepas jarinya dari bibir hyunjin.

"kamu nggak mikir kita terburu-buru waktu bales ciuman aku di kafe kamu malam itu."

pipi jeongin menghangat, dia mengalihkan pandangannya dari wajah hyunjin. "waktu itu aku lagi mabuk."

hyunjin mendengus geli. "lagi-lagi salah alkohol, ya? pftt... lama-lama jadi nyebelin, sumpah. baik tujuh tahun lalu maupun kemarin, kita ciuman karena mabuk. ini bakal kedengaran brengsek, tapi aku pengen cium kamu saat kita nggak mabuk. jadi kamu nggak bakal nyalahin apapun atau ngelak."

"yep. itu kedengaran brengsek," tukas jeongin sembari mengabaikan pipinya yang merona.

hyunjin terkekeh kecil lalu mengambil sebuah kentang lagi untuk dia kupas.

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang