there's no good at goodbye

6.4K 1.1K 205
                                    

perempuan berambut ungu itu menjentikan rokoknya asal tanpa melepas mata dari majalah fashion di tangannya.

cover majalah itu dihiasi oleh paras manis seorang artis dan model yang tengah naik daun bernama felix lee. senyum cerahnya dan kepribadian ramahnya digadang-gadang menjadi penyebab dia dicintai begitu banyak orang. fansnya terdiri atas berbagai usia. hingga tak pelak jululan 'national sweetheart' kini melekat di artis pendatang baru ini.

"damn, he's pretty." desisan berisi pujian bernada putus asa meluncur dari bibir kemerahan si rambut ungu. sebagai cewek normal yang ogah tersaingi, si rambut ungu ini jarang-jarang mau mengakui kecantikan orang lain. tapi khusus untuk felix, menjadi seme-nya pun dia sudi.

atensinya teralih saat pintu cafe terbuka dan menampikan sosok manis yang berjalan ke arahnya. "bukannya di cafe ini dilarang ngerokok?" sapa si manis begitu dia sampai di tempatnya.

"jangan rempong kayak emak-emak deh, je. tadi si mbak mbak waitress juga langsung mingkem pas gue kasih duit."

jeongin menghela nafas pasrah. "walaupun gue tau cuma bakal masuk kuping kanan keluar kuping kiri, tapi gue tetep harus bilang ini, kalo ngerokok bisa bikin lo cepet mati. lo bakal kena kanker paru-paru, atau kanker tengg—"

"yup! kayak yang lo bilang, nasehat lo bakal sia-sia. jadi nggak usah di lanjut." si rambut ungu yang juga teman jeongin sejak sma itu menghisap rokoknya santai.

mia nama perempuan ini. seorang fun fearless woman yang menyebut dirinya sebagai cewek milenial paling diincar semua pria dan pasangan paling ideal untuk shawn mendes.

"btw, akhirnya lo munculin diri juga setelah sekian lama ngurung diri di rumah. mulai dari rambut gue warna ungu, terus ganti merah, terus biru, terus balik lagi ke ungu. aje gile! lo dipingit apa karantina je?! lama bener!" mia terkekeh geli dengan leluconnya sendiri.

"..."

"emang persiapan interview buat harvard harus sefokus itu? selama itu?"

"... yang penting sekarang gue udah di sini."

mia mengisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya pelan."apa kabar lo je? gue hampir aja ngerasa kangen sama lo—tapi, ew—gue sadar itu chessy banget jadi gue nggak jadi kangen."

"baik. semuanya baik. gue bakal ke amerika besok. lo mau ikut nganterin? sekalian ngunjungin sepupu lo. kayaknya rumah dia deket kampus gue deh."

"ck, honey, sepupu gue itu rumahnya di new york bukan di cambr—wait a minute." mia mengangkat tangan untuk memberi waktu otaknya mencerna kalimat jeongin. "wait. a. minute."

matanya memincing dramatis saat mengamati senyum tipis penuh arti di bibir jeongin. lalu ternganga.

oh. em. ji.

"son of a bitch! how dare you not telling me this! lo lanjut di CIA?! say goodbye to harvard?!"

senyum di bibir jeongin melebar. "gue bakal jadi chef pastry."

"oh my god! bokap lo kesurupan apa je?! sumpah ya, yang jeongin! gue kadang ngerasa lo nggak anggep gue sebagai temen—i mean, what the fuck is happened?! kok gue nggak tau apa-apa?"

"... terjadi satu dua hal."

mia terlalu terkejut dan bahagia hingga tidak menyadari senyuman di bibir sang sahabat mengecil. "pokoknya kalo nanti lo udah punya toko kue, gue mau makan cheesecake banyak-banyak dan nggak mau bayar! finally, lo berguna juga jadi temen!"

"entar lo jadi gendut."

"who cares?! abis cake buatan lo enak banget jeeeeee! eh, tapi gue nggak bisa nemenin lo ke NY, ada meeting penting lusa. tapi gue bakal ngujungin lo secepatnya."

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang