heart bleeding

6.8K 1.3K 505
                                    

"saya agak khawatir waktu empat tahun udah lewat dan belum denger nama kamu sebagai artis debutan yueha entertainment. saya pikir kamu akhirnya nolak tawaran mia."

haruto menyeruput lemon tea-nya santai. dia tengah duduk di kursi dapur bakery ini—sungguh tempat favorit dari sebuah cafe.

"mia bilang gue kudu bener-bener ditraining. bisa sih sukses instan dalam satu tahun-secara gue ganteng banget gini. tapi jadinya gue terkenal karena modal tampang doang, kesuksesan instan kayak gitu nggak tahan lama. palingan satu-dua taun. abis itu gue bakal jadi sekuter—selebriti kurang terkenal—yang jualan gimmick di mana-mana atau bikin video porno yang dibocorin sendiri."

"kamu masih panggil mia pake nama? bukannya dia sekarang bos kamu?"

haru mengedikan bahu cuek. "dia nggak mau dipanggil 'bu mia', maunya dipanggil 'mommy mia' biar kayak sugar mommy-sugar baby gitu. ya gue ogah lah."

jeongin menggeleng jenuh. temannya itu masih sama saja. "ngomong-ngomong, gimana masalah sama ibu kamu? kalian udah baikan?"

haruto mengunyah matcha cake-nya gusar, merasa tidak nyaman dengan topik ini. "udah. dia minta haknya sebagai ibu, yaitu dikirimin uang setiap bulan. bukan masalah buat gue. dan untungnya nyokap gue masih idup sampe sekarang walaupun suami baru bajingannya yang tukang mabok itu demen banget bikin rumah tangga mereka serasa ring tinju."

"... kamu pulang ke rumah itu?"

"jeongin, itu bukan rumah, tapi kerak neraka. ngapain ke sana? lagian, gue udah bisa nyewa apartemen sendiri." haruto menjilat bibirnya gugup. "apa l-lo ... mau mampir?"

"mungkin kapan-kapan." jawab jeongin sambil lalu. "soal ibu kamu, gimanapun juga dia tetep ibu kamu. hormati dia. kamu bakal nyesel dia udah nggak ada."

"ya gimana dulu perlakuan si 'ibu' ini. kalo dia mau bersikap selayaknya 'ibu' ke gue, mungkin—" bibir haruto langsung terkatup begitu melihat raut jeongin yang tiba-tiba mendung. apa pemuda manis ini lagi kangen mamanya?

haruto terhenyak, dia sadar sebuah keanehan besar dalam hubungan (pertemanan)nya dengan jeongin. yaitu, sejak awal haruto selalu mudah terbuka dengannya. entahlah, aura orang ini begitu hangat hingga dia dengan mudah berbagi masalah yang dihadapinya.

tapi jeongin? dia begitu tertutup. bahkan pada mia, sahabatnya sendiri. masalah apa yang sebenarnya pemuda mungil ini hadapi? apa yang sedang hatinya rasakan? apa dia sedang sedih? atau bahagia? benar-benar tertutup sempurna dengan wajah datar itu.

pemuda manis ini hangat namun juga dingin. dia memiliki hati emas yang tidak dimiliki orang lain, namun begitu dingin dan menutup pintu rapat-rapat untuk orang lain masuk ke hidupnya.

apa haruto harus menerobos mendobrak pintu itu saja?

"oke. gue bakal lebih hormatin ibu gue dan berusaha nggak berantem kalo gue nengok dia ke neraka itu."

jeongin mengerjap pelan lalu tersenyum menatap haruto, "bagus."

"gimana sama rafael? lo bakal ngaku ke keluarga hwang kalo lo ibunya dia?"

"buat apa? saya bisa sering liat dia dari deket udah lebih dari cukup untuk sekarang."

"tapi ... mungkin anak lo pengen ketemu ibunya?"

kepala jeongin menggeleng pelan. "saya belum berani."

"apa ini masih karena bokap lo yang—"

"stop bahas soal saya." lagi-lagi jeongin mengelak dengan mengibaskan tangan seolah itu bukan hal penting. "gimana gosip soal hubungan kamu sama lawan main kamu di film terbaru itu? hm? siapa namanya? jeongwoo? cakep loh anaknya." dia tersenyum kecil menggoda si aktor muda.

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang