the truth that was (accidentally) told

5.9K 1K 205
                                    

"kalian lagi marahan?"

hyunjin mengalihkan perhatian dari televisi kepada sang mama yang kini duduk di sebelahnya.

sekarang hari minggu, hyunjin sedang bersantai goleran di sofa dengan kaos rumahan santai dan celana training. sementara el sudah dijemput jeongin tadi pagi sekali. mereka mau ke carnival, katanya.

"nggak," hyunjin menyahut santai sembari memasukan keripik kentang ke mulutnya. "kenapa mama mikir gitu?"

"kamu aneh." mama menatap hyunjin tajam. "udah tiga hari kamu nyuruh sopir jemput el di kafe jeongin, padahal biasanya kamu semangat banget sekalian modus pdkt. awalnya mama pikir karena emang kamu sibuk di kantor. tapi sekarang? kamu super aneh. kenapa kamu nggak ikut el sama jeongin jalan-jalan? mana tadi ngumpet di kamar pura-pura tidur pas jeongin jemput el. kamu lagi jauhin jeongin, kan? ngaku kamu!"

hyunjin gelagapan bagai maling yang tertangkap basah. matanya mentap ke segala arah kecuali mamanya. "enggak! mana ada?!" 

"halah. kayak anak kecil kamu. marahnya diem-dieman."

"...."

"cupu," mama berdecak gemas. "kamu nggak mau cerita sama mama?"

hyunjin menghela nafas berat. "aku cuma ... butuh waktu buat mikir."

"halah, pret. entar keburu jeongin diambil orang lain baru nyesel."

mama tidak mengerti. belakangan dia menonton acara infotainment yang mengabarkan soal haruto dan si 'cowok misterius'. sebagai penggemar haruto, mama ikut-ikutan media mengatai 'si cowok misterius' sebagai cowok nggak bener, uke ganjen, dan semacamnya. mama tidak tahu kalau si uke ganjen itu adalah orang yang sama dengan si pemuda manis yang dia elu-elukan sebagai mantu idaman. mama tidak tahu kalau cowok misterius itu adalah jeongin.

tapi hyunjin tahu.

tidak perlu orang secerdas einstein untuk tahu bahwa keputusan yang paling tepat diambil adalah meminta penjelasan dari jeongin. untuk memastikan bahwa semua berita dari media itu adalah salah.

tapi si pengecut hyunjin tidak melakukan itu. dia takut dia tidak dalam posisi untuk bertanya. dia bahkan bukan pacar jeongin, oke?

hyunjin juga takut kalau jawaban jeongin nantinya bukan sesuatu yang dia harapkan. kalau jawaban jeongin hanya akan membuat luka dan rasa kecewanya semakin parah.

seharusnya jeongin inisiatif menjelaskan ke hyunjin kalau memang tidak terjadi apa-apa di antara dia dengan haruto. tapi lihat? jeongin juga diam saja. dia bahkan tidak sadar (atau sadar namun tidak peduli) kalau hyunjin sedang kesal dan menghindarinya.

jadi bagi hyunjin, melarikan diri adalah opsi terbaiknya saat ini.

"ck, mama tuh nggak paham deh jin sama kamu. jelas-jelas kamu itu suka sama jeongin. tunggu apa lagi sih? lamar dong! perlu mama bicara sama papanya jeongin?"

hyunjin menghela nafas lelah. "ma, nggak segampang itu...."

"pernikahan itu bukan sesuatu yang buruk, jin. el juga butuh ibunya. kamu liat sendiri kan mereka udah deket gitu? kenapa sih kamu jadi ribet banget?!" seru mama gemas.

"aku nggak bisa nikahin orang yang nggak cinta sama aku, ma. aku emang mencintai jeongin, tapi itu nggak cukup. di pernikahan harus libatin perasaan dua orang, kan? dan soal el, mama pikir aku nggak tau kalo el udah sayang jeongin? setiap hari aku berhadapan dengan itu. dan setiap hari dada aku sesak ngeliatnya. el berhak tau kalo dia masih punya ibu, tapi sampai sekarang liat sendiri kan gimana jeongin? dia nggak pernah ngaku ke el seakan dia se-enggak mau  itu punya hubungan sama aku. menurut mama aku seneng di posisi begini?"

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang