selamat tinggal dan sampai ketemu besok

6.6K 1.2K 237
                                    

tw // manipulative behaviour

***

"aku pilih bayi ini dan... harvard."

papa tercengang hebat. dia tahu betapa cintanya sang anak dengan dunia pastry, makanya dia membuat penawaran itu. dia pikir jeongin akan rela aborsi demi impiannya sejak kecil.

"kamu udah gila?! jeongin, kamu bahkan belum pernah bertemu bayi itu! dan usianya baru beberapa minggu, nak. nggak akan dikategorikan pembunuhan kalau kamu aborsi."

jeongin memejamkan mata menahan emosi. lebih baik dia cepat-cepat mengakhiri percakapan ini daripada papa melukai hatinya lebih dalam lagi.

"keputusan aku udah bulat."

"lalu gimana dengan mama kamu? mimpi kalian soal toko kue? kamu mau mengecewakan mama?"

jeongin tidak percaya kalau pria paruh baya tanpa hati ini adalah ayahnya. berani-beraninya dia bawa-bawa soal mama dan toko kue! kemana saja saat dulu beliau ngotot ingin jeongin kuliah di harvard?!

"cukup, pa! aku nggak akan bunuh anakku sendiri sampai kapanpun."

"anak bodoh! kamu baru 21 tahun! nggak punya suami, nggak punya pekerjaan! kamu pikir besarin anak nggak perlu duit? papa nggak sudi mengeluarkan seperserpun untuk anak haram itu!"

tangan jeongin mengepal erat. jangan benci papa, jeongin. jangan benci papa...

"pakai otak kamu! gimana hujatan dan cibiran dari orang yang akan diterima kita! gimana kamu ngasih makan anak itu? realistis dikit! kamu nggak bisa besarin anak cuma pake cinta! bah! kamu ini miskin kalo nggak ditunjang fasilitas dan kekayaan papa!"

nafas jeongin menderu hebat, dia menggertakan gigi penuh amarah. "apa mau papa? aku pergi dari rumah ini? fine. aku pergi. papa nggak sudi nerima aku dan anak haram aku kan?"

papa tertegun. tidak mungkin dia membiarkan anak semata wayangnya meninggalkan rumah.

"dengar jeongin, ini penawaran terakhir papa. kamu papa izinin ngelahirin bayi itu, tapi jangan sampai ada yang tau. setelah itu bayinya kita taruh di panti asuhan. lalu kamu bisa sekolah kuliner di CIA. pikirkan je, kamu nggak akan bisa kuliah dimanapun kalau harus merawat bayi."

penawaran dari papa masih saja kejam, egois dan tanpa hati. tapi jeongin kini mulai termenung termakan omongan papa. mulai membenarkan perkataanya.

"ini win-win solution, je. kamu nggak akan jadi pembunuh tapi kamu juga bebas kejar mimpimu. tau kan panti asuhan yang perusahaan papa jadi donatur tetap di sana? papa kenal baik pengurusnya. kita bisa taruh bayi itu di sana."

"..."

"papa mohon jeongin, demi nama baik keluarga kita... demi mama kamu... jeje anak papa, anak penurut, anak baik, kalau kamu masih menganggap orang tua ini papamu, kalau kamu masih ingin memberi papa muka di depan orang-orang, papa mohon lakulan ini demi papa. demi mimpi mama kamu... ya jeongin?"

pendirian jeongin mungkin masih tetap teguh kalau saja papa tidak menyebut-nyebut mama, wanita terpenting dalam hidupnya. tapi begitulah, papa tahu kelemahan jeongin, lalu memanfaatkannya menjadi senjata ampuh.

dan dosa terbesar yang pernah jeongin lakukan dalam hidup adalah saat dia akhirnya mengangguk kaku menyanggupi permohonan sang papa.

jeongin menurut sebagaimana jeongin. lagi-lagi dia harus menjadi malaikat tanpa sayap untuk papa.

tapi harus menjadi monster tanpa belas kasih untuk bayinya sendiri.

pemuda manis itu bahkan tidak punya nyali lagi untuk mengelus perutnya sendiri. perasaan berdosa dan menyesal langsung mengungkung jeongin begitu dia selesai mengangguk. dia sama jahatnya dengan papa ternyata.

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang