"hyunjin, cepat nikahi anak saya!"

6.3K 1.1K 278
                                    

hyunjin menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan. wajahnya pucat dengan keringat dingin membasahi pelipis. kemudian lelaki itu berdehem sembari menjilat bibir gugup.

jeongin mengulum senyum melihatnya. kini mereka sedang berada di ruang tamu rumah keluarga yang. menunggu jongin keluar dari kamar untuk menemui mereka.

dan hyunjin duduk menunggu dengan tegang seperti anak perawan yang akan dilamar––atau terpidana mati yang menunggu dieksekusi.

rafael saja jauh lebih santai dan tenang dibanding ayahnya. bocah itu kini sedang melahap berbagai kue kering yang tersaji di meja.

bibir hyunjin bergerak pelan––mungkin sedang merapal doa perlindungan dari mara bahaya dan keselamatan diri. dia duduk di sofa mahal itu dengan punggung tegap bagai sedang menghadiri rapat kenegaraan yang dipimpin oleh kim jong un.

jeongin tidak tahan lagi. dia meraih tangan hyunjin lalu meremasnya pelan.

"rileks. papaku nggak makan orang." ujarnya lembut diiringi seulas senyum kecil.

hyunjin mengerjap lalu membalas senyum jeongin dengan seringai gugup. "aku rileks banget," bohong.

saat suara langkah kaki menuruni tangga terdengar, hyunjin menelan ludahnya ngeri. oh come on, man! lo cuma bakal dikenalkan sebagai ayah el, bukannya mau ngelamar jeongin. santai dong, for heaven's sake!

yang jongin adalah pria 57 tahun yang sangat berwibawa dan memiliki kharisma. rambutnya yang keperakan penuh dengan uban hanya menegaskan seberapa banyak pengalaman dan kehebatan yang dia punya. ceo sekaligus pemilik dari stasiun televisi terbesar di indonesia di umur segitu, huh?

sekarang hyunjin merasa kembali ke masa sma, saat dia melanggar peraturan sehingga harus berhadapan dengan kepala sekolah. ah, tidak. dulu saja dia tidak segugup ini.

"kakek joooo!!" rafael menyapa riang orang tua itu tanpa tahu hal buruk apa yang bisa orang itu perbuat pada ayahnya.

"halo jagoan!" yang jongin berjongkok menyejajarkan tinggi badan dengan rafael untuk menerima pelukannya. lalu tersenyum gemas sembari mengacak rambut bocah itu. "siap latihan basket?"

kepala el mengangguk antusias. "siap doooong!!"

jongin terkekeh kecil. "kamu duluan, ya? latihan dribble bola dulu. nanti kakek nyusul."

di halaman samping rumah besar ini memang terdapat ring basket dengan lapangan kecil di bawahnya. dulu, jeongin sering bermain bersama papanya, walau dia selalu kalah karena jeongin payah dalam olahraga.

rafael mengiyakan saja dengan santai lalu menuruti kakek jo-nya untuk ke lapangan lebih dulu. tanpa tahu bahwa ayahnya mungkin akan dibantai setelah ini.

senyum di wajah yang jongin memudar seiring dengan tubuh kecil el yang menghilang di balik pintu. untuk pertama kalinya, pria itu memusatkan perhatiannya pada hyunjin. beliau mengamati hyunjin dari ujung kepala hingga kaki dengan cara yang sama saat hyunjin memandangi bawahan malasnya yang siap dia pecat.

berdasarkan pengalaman malang melintang di dunia bisnis selama bertahun-tahun, dia sadar bahwa rasa percaya diri itu sangat penting. maka hyunjin segera menghembuskan nafas menenangkan diri lalu memasang senyum lebar.

"pagi om," sapanya sembari mengulurkan tangan. untunglah, yang jongin menyambut uluran tangan itu. segera, hyunjin menjabat tangan beliau dengan kuat dan mantap.

"pagi," kata jongin tanpa keramahan. "kamu ayah rafael?"

"iya, om. saya—"

"hwang hyunjin. siapa yang nggak kenal kamu? tv saya juga beberapa kali mengadakan acara di ballroom hotel milik kamu."

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang