genderang perang

6.9K 1.1K 389
                                    

"terima kasih sudah berkunjung ke toko kue kami~" seru yuna riang sembari tersenyum pada seorang pelanggan yang akan meninggalkan toko kue merangkap kafe ini.

suara dentingan kembali terdengar begitu seorang pria berjalan melewati pintu kaca kafe itu. seorang pria tinggi dengan masker hitam menutupi wajah.

yuna tersenyum tertahan sembari sibuk menata rambutnya, dia kan tidak setiap hari bertemu artis terkenal. "ada yang bisa dibantu, kak?"

haruto, si pelanggan spesial itu memindai keadaan kafe itu, dan memutuskan untuk melepas maskernya saat dirasa pengunjung kafe tidak terlalu ramai.

"bisa panggilin jeongin? gue mau cuma dia yang ngelayanin gue."

yuna mengganguk gugup, sebelum bangkit dari meja kasir dan berjalan ke dapur. "b-bisa kak. tolong tunggu sebentar."

tak lama kemudian, pemuda yang ditunggu si artis muda keluar dari dapur dengan membawa aroma kayu manis dan mentega yang harum.

"selamat datang di creamers," ujar jeongin sembari tersenyum tipis. "kata yuna ada pelanggan rewel yang cuma mau dilayani sama saya, ternyata haru."

haruto mengedikan bahu santai, "pelanggan adalah raja."

"jadi mau pesan apa, raja?"

"tiramisu, satu boks." jawab haruto asal. toh tujuannya kemari memang bukan untuk membeli kue. "gue ... mau ngomong sesuatu,"

jeongin meletakan sekotak tiramisu di meja kasir. "gimana?"

haruto menarik nafas gugup sebelum kemudian mencerocos panjang lebar dengan kecepatan kereta api.

"jadi gue dapet cuti syuting hari ini dan besok, dan gue pengen tau apa lo ada waktu buat nemenin gue di waktu libur itu. emang sih gue nggak bisa ngajak lo ke dufan atau konser musik karena fans gue dimana-mana. tapi lo inget tawaran gue soal main ke apartemen? nggak ngapa-ngapain kok di sana. kita bisa ... main ps atau nonton film. tapi lo kayaknya masih sibuk di kafe, ya? gue mau kok nunggu sampe kafe lo tutup. jadi gimana? mau ya? sekali ini aja, plis? mau?" haruto mengakhiri pidatonya dengan nafas terengah dan wajah memelas.

jeongin mengerjap-ngerjap kebingungan. "hah?"

bahu haruto merosot dengan lesu. "nggak bisa, ya?"

"b-bukan gitu maksud saya. gini, jadi kamu ngajak saya main ke apartemen kamu karena nggak bisa ngajak saya jalan ke tempat umum?"

haruto memejamkan mata gusar. sialan, dia terlalu gegabah. jeongin pasti bisa menangkap niatnya dengan sangat jelas.

"k-kalo lo nggak bisa sih nggak papa." lirihnya sembari menatap cake pesanannya, enggan melakukan kontak mata dengan pemuda manis itu.

jeongin mengulum senyum simpul, "sebenarnya saya bisa aja—"

"cHEF JEJEEEE!" suara cempreng itu terdengar mengiringi seorang bocah sd yang membuka pintu kafe itu dengan santai seakan kafe ini adalah rumahnya. lalu bocah itu berlari riang menghampiri jeongin membuat ransel birunya ikut bergerak lucu di belakang punggung.

jeongin tersenyum berseri sembari menyapa bocah itu, "halo el. baru pulang sekolah?"

"iya. kata ayah aku bakal main sama chef jeje seharian? kita mau ke mana chef? ke rumah chef jeje ya kata ayah? ya ampun aku nggak sabaaaaar!" celoteh bocah itu riang.

jeongin tertawa dibuatnya lalu mengelus rambut tebal bocah berisik itu penuh afeksi. "ayah kamu ikut? kalian udah makan siang belum?"

"tuuuuh," bocah itu mengedikan kepalanya ke arah pintu, dimana seorang pria dewasa dengan setelan mahal dan jas hugo disampirkan di lengan berjalan ke arah mereka dengan senyum merekah.

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang