the apology, wine, and you

6.6K 1.2K 293
                                    

arloji mungil yang melingkari pergelangan tangan yuna sudah menunjukkan pukul 10 malam.

gadis berambut panjang itu menghela nafas lelah sembari menyandarkan pipi pada gagang pel.

huft, akhirnya pekerjaan melelahkan mengelap meja dan mengepelnya selesai. dia meletakan peralatan bersih-bersihnya lalu bersiap untuk pulang.

saat dia sedang memakai jaket dan tas selempangnya sang bos keluar dari dapur dengan tampang datar seperti istri yang baru saja diceraikan suami dan direbut hak asuh anak serta gono gininya. yuna tersenyum maklum, itu memang raut wajah standar sang bos sehari-hari.

"maaf ya kak aku nggak bisa bantu beresin dapur. aku juga baru beres di sini."

jeongin tersenyum tipis, "santai."

inilah yang yuna suka dari jeongin. dia begitu baik dan sederhana hingga tidak ragu mengambil pekerjaan bersih-bersih membantu karyawannya.

"kakak langsung pulang?"

"iya. semua udah beres kan? kamu pulang naik apa?"

yuna nyengir kecil. "biasa kak, dijemput pacar."

jeongin mengerutkan kening khawatir, "hati-hati loh, yun. langsung pulang, jangan kelayapan. semprotan merica yang kemarin saya kasih masih ada kan? jangan mau dimacem-macemin. kalo pacar kamu kurang ajar, langsung jambak—"

suara tawa yuna meluncur keluar. perhatian khas seorang kakak dari jeongin benar-benar menghangatkan batinnya. "iya kak, iya. ya ampun, aku bisa jaga diri kok."

tak lama kemudian, sebuah motor hitam berhenti di depan kafe. pengemudinya—seorang pemuda tampan, melepas helm—nya lalu melongok ke dalam kafe, mencari pacarnya.

jeongin mengantar yuna hingga ke pintu depan. merespon sapaan ramah bocah itu dengan memasang wajah datar nan ketus layaknya ibu yang melepas anak perawannya pada pacar sang anak.

"jangan ngebut-ngebut." peringat jeongin pada bocah berwajah campuran kaukasia itu yang dibalas dengan senyum canggung.

yuna hendak berjalan menghampiri pemuda berambut coklat itu, namun langkahnya terhenti saat sebuah sedan hitam keluaran terbaru berhenti di depan kafe.

gadis itu menyadari wajah jeongin yang semakin suram saat pengemudinya turun dari mobil; memasang raut defensif.

a-ha! yuna tahu siapa dia! pelanggan sialan yang menerobos masuk sebelum jam buka kafe, lalu membuat mata bos-nya yang cantik sembab setelah dia pergi.

yuna ikut-ikutan memasang wajah galak. berani-beraninya orang ini menyakiti kak jeongin—walau dia tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi karena si bos tidak bercerita padanya, tapi dia bikin kak jeongin nangis kan?

"kafenya udah tutup." ujar jeongin dingin.

"udah tau. aku nggak mau beli roti. aku ke sini mau ngomong sama kamu."

jeongin menghela nafas lelah, "sekarang udah malem hyunjin, saya lagi nggak pengen berantem."

"aku juga nggak mau ngajak berantem. aku cuma pengen kita duduk dengan tenang dan ngomongin masalah ini baik-baik selayaknya orang dewasa—hal yang harusnya kita lakuin tadi pagi kalo aja aku nggak kebawa emosi."

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang