tidak ada mimpi seindah ini

6.5K 1.1K 408
                                    

spoiler : aku selalu bikin cerita happy ending.

***

"papa ada di rumah?"

bi asih, pembantu di rumah jeongin menghentikan aktivitasnya mengelap meja, perempuan 49 tahun itu melotot kaget melihat sang tuan muda pulang sembari menggandeng seorang bocah sd.

"e-enggak den. tadi bapak emang udah pulang, tapi keluar lagi ndak tau kemana."

mau tidak mau, jeongin menghela nafas lega. rasanya seperti eksekusi hukuman matinya ditunda.

"den, anu, i-itu anak kecil ... a-anaknya ...." bi asih, saksi hidup masa penderitaan jeongin saat dia ngotot mempertahankan kehamilannya, bertanya gugup.

jeongin tersenyum kecil dan mengangguk. dia menoleh ke bocah itu lalu menyuruhnya memperkenalkan diri.

mata bi asih memerah menahan haru saat rafael memperkenalkan dirinya dengan ceria. lalu mereka masuk ke ruang tamu dan bi asih memberi el berbagai macam kue dan snack yang ada di sana.

sementara itu, jeongin menuju dapur dan mulai membuat klepon seperti yang sudah dia janjikan.

tak apa kalaupun hari ini dia tidak jadi mengenalkan rafael pada papa, masih ada lain waktu.

mungkin semesta memang belum merestui ....

***

atau sudah.

"siapa kamu?" tanya yang jongin—pria 57 tahun yang merupakan tuan rumah—pada bocah yang tengah duduk di karpet ruang tamu rumahnya. sedang menggambar sesuatu dengan pensil warna dan krayon berserakan di atas meja.

bocah itu mendongak, lalu memiringkan kepala lucu dengan kening berkerut. "kakek sendiri siapa?"

"loh? saya yang punya rumah,"

"ini rumahnya chef jeongin, ya. jangan ngaku-ngaku." ujar bocah itu padanya.

"jeongin itu anak saya."

"... oh ya?"

jongin menipiskan bibir tanda kesal. apa-apaan jeongin? dia memintanya pulang cepat untuk membicarakan hal penting, tapi malah membawa bocah berisik ini ke rumah?

"iya. kamu belum jawab pertanyaan saya. kamu siapa?"

bocah itu bangkit dari lantai lalu membungkuk hormat. "haloooo kakekk~ nama aku rafael, umur aku tujuh tahun, aku kelas satu sd. maaf ya soal tadi, aku kan nggak tau, kek. hehehe..."

senyum lebar berseri bocah itu akan menghangatkan hati siapapun yang melihatnya. begitu juga jongin.

dan senyum itu sedikit mengingatkan jongin pada senyum putra tunggalnya saat dia masih kecil. begitu polos dan apa adanya.

bentuk matanya juga indah. mirip bentuk mata rubah mendiang istrinya yang kebetulan juga diturunkan kepada jeongin, anak mereka satu-satunya.

tunggu dulu ....

jongin membeku di tempat. ingatannya kembali ke masa tujuh tahun silam. dimana jeongin tidak menaruh bayi yang dia lahirkan di panti asuhan namun menolak memberitahu jongin dimana bayi itu berada.

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang