sebuah kisah yang memiliki akhir tragedi

5.9K 1K 133
                                    

hyunjin mengetukan jari telunjuknya pada setir mobil dengan gelisah. matanya menatap gamang pada kafe mungil yang masih tutup itu. ini sudah pukul sepuluh pagi, kafe itu seharusnya sudah buka sejak tadi.

untuk kalian yang bertanya-tanya apa yang dilakukan direktur perusahaan sibuk macam hyunjin di dalam mobil berlagak seperti mata-mata begini, jawabnya adalah: hyunjin bucin.

mau semarah dan sekecewa apapun dia pada jeongin, dia tetap diam-diam memperhatikan pemuda itu dari jauh seperti sekarang.

tapi ada yang salah kali ini, kenapa kafe itu masih tutup dan pemiliknya tidak tampak sama sekali?

hyunjin sontak menegakkan punggungnya saat melihat sesosok perempuan asing yang mendatangi kafe itu. dia membuka kunci pintunya dan melenggang masuk dengan santai. hyunjin tahu orang itu bukan karyawan jeongin, jadi siapa dia?

beberapa saat kemudian, perempuan itu keluar sembari menelpon dengan ponsel ditempel di telinga.

tanpa basa-basi, hyunjin turun dari mobil lalu menghampirinya, yang kemudian disambut dengan tatapan kebingungan yang tidak ramah oleh perempuan berambut panjang itu.

"i'll call you back later, see ya," ujarnya sebelum memutus panggilan telepon dan menyimpan benda pipih itu di tasnya.

"hwang hyunjin," sapanya dengan senyum kecil yang tidak mencapai mata. "ada yang bisa dibantu?"

hyunjin tidak heran perempuan itu mengenalinya. yah, walaupun dia bukan artis, tapi dia yakin seluruh masyarakat indonesia yang menonton televisi dan tidak tinggal di goa pasti mengenalnya.

"sori, kenapa kamu punya kunci kafe ini? kamu kenal pemiliknya? jadi kamu tau kenapa kafe ini nggak buka padahal—"

perempuan itu mengangkat telapak tangan menghentikan ocehan hyunjin yang seperti kereta api. "woah, woah, pelan-pelan hwang," katanya sembari tertawa geli. dia mengamati hyunjin sesaat lamanya seakan sedang menimbang sesuatu.

"gue harap lo punya banyak waktu, karena gue bakal cerita banyak." matanya mengamati kondisi sekitar mereka, di mana kendaraan banyak wira-wiri di jalan sementara mereka berdiri dengan canggung di depan kafe yang sedang tutup. "but not here, of course. ikutin mobil gue dari belakang, ya pak. kita harus cari tempat yang nyaman buat cerita, soalnya cerita gue ini panjang dan kayaknya berakhir tragedi."

***

perempuan itu menjatuhkan pilihannya di coffee shop dengan logo ikan duyung iji-ijo yang tidak jauh dari toko kue jeongin. dia lalu duduk di meja dekat jendela dan memesan segelas caramel macchiato dingin.

"nama gue mia," ujarnya begitu hyunjin menarik kursi dan bergabung dengannya.

hyunjin mengangguk tak acuh pada secuil informasi itu. mia yakin hyunjin tak begitu peduli dengan namanya. yang ingin hyunjin ketahui hanyalah info soal jeongin yang dia bawa.

"dan gue temennya jeongin."

dalam hati mia tersenyum meremehkan saat melihat fokus hyunjin langsung tertuju padanya begitu nama jeongin disebut.

"jadi kenapa kafenya nggak buka? dia lagi sakit apa kenapa?" walau diucapkan dengan gaya cuek, mia tetap bisa mendeteksi rasa khawatir dari ucapan hyunjin.

"dan kenapa lo peduli?"

perempatan tercetak di dahi hyunjin. pria itu menatap mia dengan kesal. "terserah gue kan, gue mau peduli sama siapa aja?"

Ayah | Hyunjeong ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang