|| Dia Ada di Sini.

4.7K 728 117
                                    

"Bagaimana keadaan Sera, Dok?" tanya Langit ketika memasuki ruangan.

"Syukurlah, lukanya tidak menimbulkan infeksi," ucap Dokter. 

"Baiklah terima kasih, Dok," ucap Langit. Dokter pun pergi meninggalkan ruangan. Sementara aku masih memposisikan tubuhku di atas rajang.

"Kamu gak pa-pa?" tanya Langit, ia juga membenarkan letak rambutku.

"Seperti yang di ucapkan oleh Dokter," jawabku. Langit terdiam, ia manarik tangannya dari rambutku.

"Mau sampai kapan begini?" ucap Langit. Aku terdiam, sangat paham dengan apa yang di maksud oleh Langit.

"Gue lagi gak mau bahas itu," sahutku. Tanpa menatap Langit.

Kini suasana hening, karena kami hanya fokus pada pikiran kita masing-masing.

"Gue mohon, jangan ganggu kehidupan gue lagi," ucapku. Langit menatapku lekat.

"Apa sudah tidak ada ruang di hatimu untuk ku?" ucap Langit dengan tatapan sendunya.

"Jangan paksa gue buat memilih. Karena pada akhirnya, lo udah milih kesempatan itu," ucapku.

"Gue bisa jelasin. Gue sama Raina itu di jodohkan. Gue gak Cinta sama Raina. Sama sekali gue gak Cinta sama dia," ucap Langit.

"Gue mohon, lupain semuanya tentang gue. Karena bagaimana pun, kita udah gak pernah bisa bersama, Bi," ucapku.

"Bi?" ucap Langit mengulangi ucapan ku.

"Iya, Abimanyu Pranada Kusuma," ucapku.

"Aku masih Langit yang kamu kenal Ser," ucap Langit. Aku tersenyum tipis.

"Sekarang gue sadar tahu gak, nama bohongan, buat hubungan bohongan," ucapku menatap Langit lekat.

"Maksud kamu?" ucap Langit masih menatapku.

"Langit itu cuma polisi yang nyamar jadi siswa. Dan sekarang yang di depan gue Abimanyu, bukan Langit." Aku men-jeda ucapan ku. Menatap lelaki di depanku dengan intens. " Langit yang gue kenal bukan seperti ini. Lo semakin nunjukin sifat asli lo. Dan bagi gue, Langit yang dulu udah mati. Sekarang hanya ada Abi, bukan Langit."

"Kamu salah, aku masih ada di sini. Aku masih sama seperti yang dulu. Aku.... "

"Gue gak perduli," ucapku tanpa melihat kearah Langit. Bahkan, aku membuang mukaku, agar tidak melihat kearahnya.

"Maaf, kalau kehadiranku selalu menyakitkan buat kamu. Aku juga gak tahu harus gimana lagi, aku cuma mau bilang aku sayang sama kamu, aku cinta sama kamu Sera."

Aku hanya diam, tidak menanggapi ucapannya. Bahkan, menatap wajahnya saja enggan.

"Aku pergi, maaf... "

Langit pergi, ia menutup pintu ruangan rumah sakit. Dan tepat saat itu, air mataku meleleh benteng pertahanan selama ini luluh begitu saja. Dadaku sesak, hatiku sakit melihat semua ini. Entah berapa ribu kali lelehan air mata jatuh. Kenapa? Rasanya sangat sakit di dada. Dan dengan segampang-nya ia mengucapkan kata 'maaf' apa dia tidak bisa merasakan jadi aku? Menanggung semua beban. Bahkan aku sampai rela menyakiti diriku demi dia. Lalu dengan gampangnya, ia ingin kembali.

"Andai dulu lo gak ngelakuin semuanya. Mungkin kita sudah bersama dengan malaikat-malaikat kecil kita," ucapku. Aku tersenyum tipis, lalu mengusap lagi air mataku.

Tidak ada gunanya juga aku menangisi dia. Toh juga semuanya juga sudah terjadi. Air mata ini, tidak akan mengembalikan semuanya.

Brak....

DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang