"Ser, sebenarnya apa yang terjadi? Kemana Kak Satya pergi? Kenapa lo sepanik itu?" ucap Mia yang duduk di ruang tunggu.
Aku menatap Mia. Menimang-nimang apakah aku harus cerita semuanya kepada Mia sekarang? Kalau tidak cerita aku hampir gila memikirkan semuanya. Aku juga butuh orang yang harus memberiku saran.
"Ser, kok jadi bengong?" ucap Mia. Aku mendongak dan menatap kearahnya. Lalu aku mendongak kanan dan kiri. Memastikan tidak ada orang lain kecuali aku dan Mia di sini.
Karena ini semua sangat privasi. Terlebih menyangkut keluargaku dengan keluarga Mia juga.
"Jangan kasih tahu siapa-siapa ya," ucapku menatap Mia penuh harap. Mia menganggukkan kepalanya.
"Kak Satya mau menumbalkan dirinya... "
"Apa!" ucap Mia kaget. Aku segera membekap mulut Mia. "Kok bisa?" tanya Mia dengan suara yang lebih pelan.
"Dengerin gue cerita dulu," ucapku. Mia pun mengangguk. "Sampai kapan pun gue menghindar gue akan tetap menjadi korban. Gue gak bisa lari dari semua ini. Kecuali raga gue di ganti sama orang yang mencintai gue dengan tulus. Dan Kak Satya tahu itu. Membuat dia memilih jalan lain agar gue bisa hidup katanya. Dia juga mau membuktikan Cinta kepada gue."
"Bentar, lo bilang lo akan tetap menjadi tumbal pemujaan setan? Dan gak akan bisa lari?" ucap Mia.
Aku mengangguk. Mia menghela nafas.
"Lo kata siapa?" ucap Mia menatapku. Aku mengerutkan kening bingung.
"Kata Mama gitu, lo tahukan kalau Mama gue campuran?" ucapku.
"Iya gua tahu, Ibu juga udah cerita masalah itu sama gue, " ucap Mia. "Ser, ini ada yang salah."
Aku terdiam, menunggu Mia menjelaskan semuanya.
"Kalau lo akan tetap menjadi tumbal, kenapa lo selalu lolos dari mereka? Setahu gue, gak ada penumbalan tetap yang terjadi. Mereka incar lo karena lo pemilik darah suci. Darah yang sangat mereka inginkan untuk keabadian."
Aku terdiam, mencerna semua ucapan Mia.
"Lo ingat? Gue pernah ikut pemuja setan? Ya meskipun otak gue yang di cuci sama mantan pacar gue. Tapi gue masih ingat, mereka mengincar darah suci agar mereka abadi. Kalau mereka mengorbankan orang biasa, mereka tidak bisa abadi. Mereka akan mati ketika mulut mereka kering dengan darah."
"Intinya, gue gak percaya sih kalau lo tumbal yang sudah di tetapkan," sambung Mia.
"Tapi Mama bilang gue bakalan mati di tumbal kan."
"Sekarang gini deh! Kalau emang semua yang lo bilang itu benar, kenapa sampai detik ini mereka masih aja ngejar lo? Bukankah kalau lo udah jadi takdir mereka mereka akan menunggu takdir itu datang. Dan gak capek-capek buat ngejar lo."
Benar, kata Mia kenapa sampai sekarang aku masih di teror? Jika benar takdir itu nyata? Lalu seketika aku ingat dengan ucapan Kakek dalam mimpi beberapa tahun lalu.
Kakek pernah bilang, kalau aku akan terbebas dari mereka ketika aku berumur 25 tahun. Kenapa sekarang kenyatannya berbalik? Aku akan di tumbal kan sebelum berumur 25 tahun? Ini sangat aneh!
Jadi mana yang benar?
****
Kami memutuskan untuk pulang ke Bandung. Walaupun aku masih memikirkan keadaan Kak Satya. Di mana ia sekarang? Apa dia baik-baik saja?
Kepalaku terasa sangat pusing. Aku hanya bisa menyandarkan kepalaku pada sandaran kursi.
Tiba-tiba ponselku berbunyi. Mama sedang menelpon ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Misteri / ThrillerDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...