|| Pesta Raina (1)

2.7K 495 126
                                    

Aku sudah selsai bersiap-siap. Entah kenapa aku teringat dengan ucapan Susan tadi. Apa maksud Susan sebenarnya? Kenapa ia bilang malam ini akan menjadi malam yang panjang? Apa sesuatu hal akan terjadi? Tapi apa?

"Sera.... kok ngelamun?" ucap Mama yang tiba-tiba mengagetkan ku.

"Eum, gak pa-pa kok. Mama kok kelihatannya happy banget sih?" tanyaku. Karena memang sedari tadi aku pulang Mama terlibat begitu ceria.

"Gak pa-pa sayang. Cuma ya lagi senang aja," jawab Mama. Aku menatap Mama dengan tatapan aneh.

"Senang, kenapa?"

"Mam..... "

"Mama, Sera ayo nanti terlambat," ucap Papa yang menegur kami. Kami pun mengangguk. Dan terpaksa obrolan kami terjeda.

Kami masuk kedalam mobil. Marcell ikut, karena ia tidak mau di rumah sendiri. Tetapi kali ini yang menyetir Papa. Karena Papa tahu Marcell kecapean karena menyetir tadi.

"Kamu beneran mau ikut, Cell? Keliatannya capek gitu?" tanya Mama melirik Marcell dari spion tengah.

"Iya Tan, Marcell takut sendirian di rumah," jawab Marcell. Aku yang mendengarnya pun tertawa.

"Lo takut apa sih? Kan di rumah. Bukan di hutan," ucapku.

"Halah, nanti gue di ganggu sama teman lo yang hantu itu!" ucap Marcell, sedikit sewot kepadaku.

"Susan maksud lo?" ucapku menatap Marcell. Karena kebetulan aku dan Marcell duduk di belakang.

"Tau ah, siapa tuh namanya Susan kek, Susana kek! Pokoknya yang jahil itu!" jawab Marcell. Aku kembali tertawa mendengar ucapan Marcell.

Andai saja Marcell tahu bagaimana wajah asli Susan yang menurutku sangat cantik itu. Ku rasa ia akan jatuh Cinta jika mengetahui rupa Susan. Sejujurnya aku juga bingung. Kenapa Susan bisa meninggal?

Dan pasti akan sangat menyenangkan jika di dunia nyata aku berteman dengan Susan. Mengingat kepribadian Susan yang sangat menyenangkan.

"Ser, kok tadi kamu gak pulang bareng Satya? Kalian berantem?" tanya Papa tiba-tiba.

"Pa... " tegur Mama. Mama memberi kode kepada Papa agar diam.

"Kok Papa tahu? Emang Kak Satya ke rumah?" tanyaku. Menatap Mama dan Papa.

"E..... "

"Bukan gitu maksud Papa Ser, maksud Papa kenapa kamu pulangnya gak di antar sama Satya," ujar Mama yang memotong ucapan Papa.

Rada aneh sih, kenapa Papa tiba-tiba bertanya kayak gitu? Sementara Papa kan tahu aku dengan Marcell. Seolah-olah Papa tahu kalau Kak Satya juga ikut ke Jakarta.

Sebenarnya ada apa ini? Mobil berhenti karena kami sudah sampai. Aku mendongak ketika akan keluar mobil. Melihat Marcell yang rupanya tertidur.

"Pa, Marcell tidur," ucapku kepada Papa.

"Ya udah. Tinggal aja. Kasihan dia capek," jawab Papa. Aku pun membuka kaca mobil. Dan tidak mengunci mobil. Agar Marcell dapat tidur nyenyak. Ya walaupun pasti akan di gigit nyamuk. Tapi ya sudahlah.

Aku, Mama dan Papa masuk kedalam gedung pesta Raina. Ternyata, gedung ink dekat dengan rumah sakit jiwa tempatku berkerja. Aku baru tahu, ada gedung semewah ini di sini.

Acara begitu meriah. Aku dapat melihat karangan bunga mewah yang berada di depan gedung. Abimanyu dan Raina. Aku tersenyum tipis. Walau tidak ada lagi nyeri di hati. Tapi entah kenapa berat menyaksikan semua ini.

Aku memejamkan mata, mengingat momen pertama kali aku berjumpa dengan Abi, alias Langit. Dia selalu membantuku untuk menyelesaikan misteri kematian Tiara.

DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang