"Aku..... aku mau kita putus... "
"Apa? Putus? Kenapa?" Kak Satya menatapku dengan kedua matanya seakan-akan menebak-nebak isi pikiranku. "Aku gak bisa baca pikiran kamu, sebenarnya kenapa?"
Aku masih diam.
"Sera jawab aku," ucap Kak Satya sembari memegang kedua bahuku, agar aku menatap kearahnya.
"Aku..... aku gak bisa melanjutkan semuanya. Aku...."
"Apa semua ini gara-gara kutukan itu?" ucap Kak Satya memotong ucapan ku. Sontak aku menatap Kak Satya dengan heran.
"Kak.... Kak Satya tahu?" ucapku.
Kak Satya mengambil sebuah buku dari laci dashboard mobilnya. "Gue gak sengaja masuk ruang adaptasi dan menemukan buku ini."
"Jadi dia malam itu gak tidur semalam. Dia baca sebuah buku yang gue aja gak tahu dia dapat buku itu dari mana. Karena kan dia ke rumah nenek lo baju aja gak bawa. Dia pake baju gue."
"Dan semalam dia sholat malam. Sembari nyebut-nyebut nama lo, gue gak begitu dengerin sih soalnya gue ngantuk."
Apa buku ini yang di maksud oleh Marcell kemarin?
"Soal tumbal itu buat kamu mutusin aku?" Aku tersadar dari lamunan. Lantas menatap Kak Satya.
"Kak ini bukan masalah kecil. Aku gak mau.... "
"Kita sama-sama. Aku bakalan jaga kamu. Aku sayang sama kamu. Dan aku gak bakalan nyerah gitu aja. Aku akan selalu ada sama kamu. Kamu punya aku.... "
Air mataku menetes mendengar. Hatiku sakit, seperti di iris-iris. Aku memeluk Kak Satya dengan sangat erat. Kak Satya membalas pelukanku juga dengan begitu erat.
"Aku bakalan lindungi kamu. Aku janji.... " Aku mengeratkan pelukanku. Kak Satya adalah obat. Obat dari segala bentuk rasa sakit.
Tapi aku tidak mau ada tumbal lagi setelah ini. Aku tidak mau. Aku melepaskan pelukanku. Menatap Kak Satya.
"Maaf Kak, tetapi emang ini udah jadi keputusan aku. Aku mau kita udahan. Kak Satya masih bisa mendapatkan perempuan yang jauh lebih baik dari aku. Aku yang bakalan nyakitin Kak Satya, kalau kita masih sama-sama. Dan aku gak mau itu terjadi. Lebih baik sekarang, biar nanti gak terlalu sakit."
Aku keluar dari mobil Kak Satya. Dan berlari sekencang-kencangnya.
"Sera.... "
Teriakan Kak Satya pun terdengar begitu keras. Sampai-sampai beberapa orang yang ada di parkiran mendongak kearahnya. Aku tidak perduli. Lebih baik aku pergi sekarang. Aku tidak ingin menyakiti Kak Satya nantinya.
Langkah kakiku masih melaju dengan kencang. Hingga aku sudah tidak lagi fokus dengan jalanan yang ada.
Brakk.....
Aku terjatuh, dan nampaknya aku menabrak sesuatu. Aku meringis kesakitan. Rasanya sangat sakit. Aku mengecek bagian tubuh bawahku. Dan syukur tidak ada luka.
"Sera... "
Aku mendongak menatap sumber suara. "A... Abi.... "
"Kamu kenapa? Nangis?"
Sontak aku langsung menghapus air mataku.
"Enggak. Gue gak nangis kok," elak ku. Aku bangkit, "Gue pergi dulu."
Langkah ku terhenti, ketika sebuah tangan menarik tanganku. Aku mendongak, menatap Abi yang tengah menatapku. Abi mengikis jarak. Membuatnya lebih dekat denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Mystery / ThrillerDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...