Sosok itu mengangkat kampaknya hendak mengenai Abi. Membuat aku dan Raina berteriak.
"Abi! Awas! "
Aku dan Raina berteriak kencang. Sementara Abi mendongak ke belakang. Ia langsung menghindar, dan kapak itu meleset mengenai ubin.
Bug....
Abi menendangnya. Ia terjatuh, namun detik itu juga segerombolan jubah merah berlari kearah kami. Kami berlari, begitu juga dengan Abi.
Kami berlari tidak tentu arah. Bahkan sekarang kami berpencar. Aku tidak tau kemana perginya Raina dan Abi. Yang jelas aku sekarang sendiri. Aku memilih bersembunyi di balik tumpukkan kardus. Dan menenangkan diriku.
Aku panik, ketika mendengar sebuah langkah kaki. Hal itu pun membuatku membekap mulutku sendiri. Langkah kakinya semakin dekat. Aku mengintip lewat sela-sela kardus. Dua jubah merah berada di depanku.
Mereka semua mendongak kanan dan kiri, guna mencari keadaanku. Aku hanya diam, meski sangat takut. Takut mereka mengetahui keberadaan ku. Ku rasa waktu juga mendadak berhenti. Karena melihat pergerakan mereka yang sangat lambat.
Hingga mereka memutuskan untuk pergi dari tempat ini. Aku bernafas lega, melihatnya. Aki tidak langsung keluar dari persembunyian karena takut mereka akan kembali. Setelah menunggu beberapa menit, aku memutuskan untuk keluar dari persembunyian. Karena merasakan mereka sudah tidak ada lagi.
Aku mendongak kanan dan kiri. Lalu menatap sekelilingku. Menebak-nebak, ada di mana aku sekarang?
****
Author POV
Raina berlari, sembari terus menangi. Ia tidak mau mati konyol di sini. Ketiga jubah merah di belakangnya masih mengejarnya. Hingga Raina menemukan sebuah ruangan. Tanpa pikir panjang, Raina langsung masuk kedalam ruangan itu. Ia segera mengunci ruangannya.
Raina bernafas lega, meski ia sangat ketakutan. Rasa ketakutan Raina hilang ketika ia melihat beberapa orang di dalam ruangan ini.
"Mama.... Papa... " ujar Raina yang akan memeluk kedua orang tuanya. Namun bukannya mendapatkan pelukan hangat, Ani, Mama Raina menampar pipi Raina.
"Kamu keterlaluan Raina!" ujar Ani penuh kemarahan.
Raina menangis, mendapatkan perilaku kasar dari Ibu kandungnya. Karena memang Raina tidak pernah di tampar oleh Ani.
"Mama jahat... " gumam Raina menghapus air matanya. "Mama harus sadar! Apa yang di lakukan oleh Mama itu gak baik! Gak bener!"
"Tau apa kamu soal baik dan benar? Ha?"
"Ma, aku sayang sama Mama, aku juga sayang sama Papa. Tapi cara kalian ini salah. Kita harus merelakan kepergian Rara," ucap Raina berlinangan air mata.
Mendadak semua dia, mendengar ucapan Raina. "Sepertinya kita harus mengurung gadis ini di sini!"
Raina mendongak menatap wanita paruh baya yang sama sekali tidak ia kenal. Wanita ini pernah beberapa kali ke rumahnya. Bahkan kemarin ketika pertunangannya dengan Abi pun Raina sempat melihatnya ada di tengah-tengah pesta.
"Baik, Nyi," ucap Ani. Ani menarik tangan Raina. Lalu mengikat tangan Raina.
"Mama, Mama nyakiti aku? Atas perintah wanita tua itu? Mama tega! Mama gak sayang sama Raina!" ujar Raina. Sebelum Ani menutup mulut Raina dengan lakban.
"Lebih baik kamu diam Raina!" ucap Ani yang benar-benar menutup telinganya.
Raina hanya pasrah. Mama dan Papanya keluar dari ruangan. Begitu juga dengan wanita paruh yang di panggil Nyai oleh Mamanya tadi.
***
Abi berhasil menghindar, dari kejaran jubah merah. Ia pun keluar dari persembunyiannya. Lalu ia baru sadar kalau ia terpisah dari Raina dan juga Sera. Abi berjalan tak tentu arah. Badannya sudah sakit-sakit semua. Ia pun melintasi sebuah ruangan.
Ia melihat seseorang yang ia kenal ada di sana. Seseorang itu di pasung, dengan wajah yang sudah tidak di kenali.
"Satya... " panggil Abi pelan. Satya mendongak menatap Abi, di luar jendela. Satya melihat Abi tanpa ekspresi.
"Gue akan bantu lo keluar dari sini," ucap Abi mendongak kanan dan kiri memantau keadaan.
"Gak usah... " ucap Satya lirih. Namun Abi bisa mendengarnya.
"Enggak, lo harus keluar. Sera butuh, lo," ucap Abi. Abi mulai ngambil sesuatu dari kantung celananya.
"Gue gak mau," ucap Satya kekeh pada pendiriannya.
Abi terdiam menatap Satya. "Lo bodoh apa gimana sih? Gue, Sera dan Raina nyari lo dengan taruhannya nyawa! Bego banget sih!"
Satya diam, Abi melanjutkan pekerjaannya. Hingga Abi bisa membuka pintu berjeruji itu. Abi mengamati gembok yang mengembok tangan Satya.
"Gue akan bantu lo keluar," ucap Abi. Namun Satya menyingkirkan tangan Abi.
"Mending lo pergi! Bawa Sera selamatin Sera!" ucap Satya.
"Lo kenapa sih? Sera itu sayang sama lo! Cinta sama lo!" ucap Abi.
"Bukannya kalau gue mati, gak ada yang busa menghalangi kebahagian kalian?" ucap Satya. Abi terdiam. "Kalian saling mencintai, kan?"
"Sera lebih cinta sama lo," ucap Abi datar.
Mendengarnya, membuat Satya tertawa. Ia bahkan tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Abi.
"Udah lah Bi, lo pergi bawa Sera. Setelah ini kalian akan hidup bahagia, " ucap Satya.
"Heh Sat! Gue tuh kesel sama lo!" Abi mengomeli Satya. "Sera benar-benar Cinta sama lo. Bahkan sekarang dia lagi ngelawan jubah merah di luar sana. Demi siapa? Ya demi lo lah bego!"
"Gue jamin, Sera gak akan kenapa-napa. Kalau gue tetap di sini... " ucap Satya.
"Keras kepala ya... " gumam Abi menatap Satya sebal. Namun setelah menyadari ucapan Satya, Abi menatap Satya.
"Jangan bilang.... lo... " Abi mengantungkan ucapannya. menatap menyelidik kearah Satya.
"Gue titip Sera, gue yakin lo bisa bahagian Sera," ucap Satya tersenyum tulus.
Abi terdiam, menatap Satya. "Kenapa... Kenapa lo melakukan semua ini?"
"Sebuah pengorbanan, untuk orang tersayang..." ucap Satya lirih.
Abi terdiam lagi, tiba-tiba ia mengingat Sera. Sebuah pengorbanan yang dulu di lakukan oleh Sera kepadanya. Dengan sikap egois, Abi malah menyakiti Sera.
"Jaga Sera, kasih tau dia. Gue sayang banget sama dia," ucap Satya lagi. Tiba-tiba mereka mendengar sebuah langkah kaki.
"Lo sembunyi di sana! Cepat!" suruh Satya. Abi pun segera bersembunyi di tempat itu. Benar saja, dua orang berbadan besar masuk kedalam ruangan menatap Satya heran.
"Heh lo! Siap yang sudah masuk kesini!" ucapnya.
Satya diam, enggan menjawab.
"Sialan! Jawab!"
"Udah Bang! Langsung aja kita bawa dia. Ketempat pemujaan," ujar teman satunya.
Mereka pun membawa Satya. Satya menatap Abi yang sedang bersembunyi. Ia tersenyum tulus. Membuat Abi tersentuh.
"Enggak! Gue gak akan biarkan Satya di tumbal kan!" ucap Abi setelah keluar dari persembunyiannya.
****
Jangan lupa vote, comment dan share.
Maafkuen typo!
In Sya Allah besok update. Makannya kalian komen ya, untuk update selanjutnya.
Follow IG aku untuk mengetahui kapan aku update @_myang04
Follow akun wattpadku juga....
See you....
Mayang
2 September 2021
💙💙💙💙💙
KAMU SEDANG MEMBACA
DEATH 3 ( Akhir Kisah Cinta)
Misterio / SuspensoDILARANG PLAGIAT! COPYRIGHT BERLAKU!! Setelah pulang ke Indonesia Serania Agesa menjadi seorang dokter kejiwaan. Dia bertugas di salah satu rumah sakit jiwa yang menurutnya sangat berbeda dengan rumah sakit jiwa pada umumnya. Setiap malam ia mende...